Jakarta (ANTARA Bengkulu)- Tiga koreografer Asia Tenggara menampilkan tarian kontemporer dari cerita Ramayana di Gedung Kesenian Jakarta, Rabu malam. dengan tajuk "Fire!Fire!Fire1".

Ketiga koreografer tersebut adalah Sophiline Cheam Shapiro (Kamboja), Pichet Klunchun (Thailand) dan Eko Supriyanto (Indonesia). Mereka bersama 17 penari pilihannya menampilkan episode dari Ramayana melalui caranya masing-masing.

Sejak Pukul 19.30 WIB,  banyak pengunjung telah memadati lobi  depan GKJ, padahal pertunjukan tari bertajuk FIRE! FIRE! FIRE baru akan mulai pada pukul 20.00WIB

"Saya datang atas undangan mas Eko Sendiri, kebetulan lagi ada acara di Jakarta ya sekalian kesini pengen liat karyanya mas Eko" ucap salah seorang pengunjung Ari yang mengaku datang dari Maluku Utara ini.

Pertunjukan bukanlah kerja sama tiga koreografer dalam sebuah tarian, melainkan tiap koreografer menampilkan koreografinya masing-masing secara bergantian. Pertunjukan dimulai oleh koreografi dari Sophiline kemudian Pichet dan terakhir dari Eko.

    
Berbeda Tapi Sama
Tiap Koreografer memiliki ciri khas dan caranya sendiri dalam menyampaikan cerita Ramayana.

Seperti koreografer asal Kamboja, Sophiline, ia memilih menampilkannya secara tradisional dengan gerakan-gerakan khas tari tradisional Kamboja dan ditambah narasi cerita Ramayana.

Sedangkan koreografer asal Kamboja, Pichet, menampilkan cerita Ramayana dalam gerakan Abstrak dengan iringan suara gaduh.

Berbeda dengan Eko Supriyanto, pengajar di Institur Seni Indonesia (ISI) ini menampilkan koreografi yang penuh hentakan, atraktif dan banyak bermain dengan pencahayaan panggung,

"Saya sengaja menampilkan secara berbeda cerita Ramayana ini, menyesuaikan dengan tema yang diangkat FIRE!FIRE!FIRE saya menyajikan tarian penuh hentakan dan gerakan-gerakan yang cepat. Selain itu saya tidak menyajikan cerita Ramayananya dalam cerita tapi emosi dari seorang manusia" jelas Eko Supriyanto dalam dialog setelah pertunjukan selesai.

Eko juga menambahkan bahwa sebelum pertunjukan,  dirinya banyak melakukan riset dan survei. Salah satunya banyak bertanya pada gurunya di Yogya dan Surakarta mengenai cerita Shinta Obong, cerita Ramayana yang diangkatnya dalam pertunjukan kali ini.  

"Melalui tarian kontemporer saya ingin membuat budaya barat terpengaruh dengan budaya Asia tidak seperti saat ini budaya barat banyak mempengaruhi kita," kata Pichet masih dalam sesi dialog yang sama.    

Pertunjukan yang berakhir Pukul  21.45WIB tersebut diakhiri dengan sesi  tanya jawab dari penonton. Rencananya ketiga koreografer tersebut akan melanjutkan tur Asia Tenggaranya ke Solo pada dua Februari mendatang. (Antara)

Pewarta:

Editor : Musriadi


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2013