Denpasar (ANTARA Bengkulu) - Pemandu wisata disarankan untuk meningkatkan pengetahuan tentang budaya Bali yang penuh dengan mitos khususnya mengenai objek wisata.
"Hal itu karena saat ini keinginan wisatawan terhadap mitos suatu objek wisata cukup tinggi sehingga pengetahuan tentang hal itu harus ditingkatkan oleh para pemandu wisata," kata Agus Muriawan Putra, dosen Fakultas Pariwisata Universitas Udayana, Selasa.
Menurut dia, mitos merupakan bagian dari kebudayaan milik masyarakat Pulau Dewata. Warisan tersebut harus diketahui oleh para pemandu untuk disampaikan kepada para turis yang datang ke Bali.
Setelah mengetahui mitos yang ada di suatu kawasan objek wisata diharapkan para pelancong dari dalam dan luar negeri dapat menghargai aturan yang ada di tempat tersebut.
"Saya contohkan soal mitos tentang larangan untuk berbicara kotor di areal sakral semacam pura atau desa tertentu. Jika hal itu dilanggar dipercaya dapat menimbulkan bencana bagi yang melakukan hal tersebut," ucapnya.
Dia menilai, mitos yang disampaikan itu berfungsi sebagai bumbu dari kebudayaan yang bisa menjadi daya tarik wisata sehingga suatu tempat semakin menarik untuk dikunjungi.
Jika hal ini dapat dikuasai oleh para pemandu wisata maka menjadi potensi guna lebih mengembangkan pariwisata sehingga Bali semakin menarik dikunjungi.
"Untuk dapat mewujudkan hal itu idealnya pemandu harus merupakan putra daerah sehingga dapat memberikan informasi secara menyeluruh tentang budaya dan kondisi alam di Pulau Dewata," ujarnya.
Tetapi tidak menutup kemungkinan jika orang dari luar Bali dapat melakukan hal serupa apabila mampu mempelajari semua hal tentang Pulau Dewata. (ANT)
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2013
"Hal itu karena saat ini keinginan wisatawan terhadap mitos suatu objek wisata cukup tinggi sehingga pengetahuan tentang hal itu harus ditingkatkan oleh para pemandu wisata," kata Agus Muriawan Putra, dosen Fakultas Pariwisata Universitas Udayana, Selasa.
Menurut dia, mitos merupakan bagian dari kebudayaan milik masyarakat Pulau Dewata. Warisan tersebut harus diketahui oleh para pemandu untuk disampaikan kepada para turis yang datang ke Bali.
Setelah mengetahui mitos yang ada di suatu kawasan objek wisata diharapkan para pelancong dari dalam dan luar negeri dapat menghargai aturan yang ada di tempat tersebut.
"Saya contohkan soal mitos tentang larangan untuk berbicara kotor di areal sakral semacam pura atau desa tertentu. Jika hal itu dilanggar dipercaya dapat menimbulkan bencana bagi yang melakukan hal tersebut," ucapnya.
Dia menilai, mitos yang disampaikan itu berfungsi sebagai bumbu dari kebudayaan yang bisa menjadi daya tarik wisata sehingga suatu tempat semakin menarik untuk dikunjungi.
Jika hal ini dapat dikuasai oleh para pemandu wisata maka menjadi potensi guna lebih mengembangkan pariwisata sehingga Bali semakin menarik dikunjungi.
"Untuk dapat mewujudkan hal itu idealnya pemandu harus merupakan putra daerah sehingga dapat memberikan informasi secara menyeluruh tentang budaya dan kondisi alam di Pulau Dewata," ujarnya.
Tetapi tidak menutup kemungkinan jika orang dari luar Bali dapat melakukan hal serupa apabila mampu mempelajari semua hal tentang Pulau Dewata. (ANT)
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2013