Direktur Jenderal Perikanan Budidaya Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) Slamet Soebjakto menyatakan kegiatan ekspor rumput laut menandakan bahwa aktivitas bisnis sektor kelautan di Tanah Air terus melaju di tengah pandemi COVID-19.
"Saya rasa ekspor rumput laut ini memicu optimisme kita bahwa meski di tengah wabah COVID-19 kegiatan ekonomi perikanan masih berjalan," kata Slamet Soebjakto di Jakarta, Senin,
Slamet mengutarakan hal tersebut terkait dengan Menteri Kelautan dan Perikanan Edhy Prabowo yang melepas ekspor rumput luat jenis spinosum di Serang, Banten, 25 April 2020.
Ia mengutarakan harapannya agar aktivitas ekspor rumput laut akan turut menyumbang devisa di tengah dampak ekonomi akibat COVID-19 yang mempengaruhi kinerja ekonomi nasional.
Tidak hanya rumput laut, ujar dia, komoditas lainnya seperti kerapu dan udang juga memberikan kepastian bahwa ekspor produk perikanan tetap berjalan dan prospektif di tengah pandemi.
Slamet mengajak pula masyarakat pembudidaya untuk melakukan budidaya rumput laut dengan cara yang benar sesuai dengan SOP yang ada sehingga akan dihasilkan produk rumput laut dengan kandungan agar atau karagenan atau alginate yang bagus.
"Rumput laut punya peluang sangat mudah untuk dikembangkan karena biaya produksinya murah dan dapat menyerap banyak tenaga kerja serta meningkatkan perekonomian masyarakat pesisir," papar Direktur Jenderal Perikanan Budidaya KKP.
Terlebih, lanjutnya, ekspansi tujuan ekspor produk perikanan terus meluas, seperti tujuan Vietnam yang menjadi market baru.
"Padahal kita tahu sebelumnya market rumput laut kita didominasi ke China dan Filipina. Terbukanya ekspor ke Vietnam, ini akan menaikan nilai ekonomi jenis Spinosum yang sangat potensial di Indonesia. Artinya akan lebih banyak masyarakat yang terlibat dalam usaha budidaya rumput laut ini," ujarnya.
Sebagai informasi bahwa Indonesia diuntungkan sebagai negara dengan potensi sumber daya rumput laut yang besar. Sebagai bagian dari segi karang dunia, Indonesia memiliki setidaknya 550 jenis varian rumput laut bernilai ekonomis tinggi.
Sebelumnya pada 2019, tercatat nilai ekspor rumput laut Indonesia mencapai 324,84 juta dolar AS atau tumbuh 11,31 persen dibanding tahun 2018 yang mencapai 291,83 juta dolar.
Selain itu, selama rentang waktu 2014-2019, ekspor rumput laut nasional tercatat tumbuh rata-rata per tahun sebesar 6,53 persen. Sedangkan produksi rumput laut nasional hasil budidaya tahun 2018 tercatat 10,18 juta ton. Sementara KKP menargetkan tahun 2020 produksi rumput laut mencapai 10,99 juta ton dan diproyeksikan mencapai 12,33 juta ton pada tahun 2024.
Pemerintah telah membentuk Pokja untuk melakukan percepatan industrialisasi nasional, dan KKP juga telah menyusun peta jalan percepatan produksi rumput laut nasional.
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2020
"Saya rasa ekspor rumput laut ini memicu optimisme kita bahwa meski di tengah wabah COVID-19 kegiatan ekonomi perikanan masih berjalan," kata Slamet Soebjakto di Jakarta, Senin,
Slamet mengutarakan hal tersebut terkait dengan Menteri Kelautan dan Perikanan Edhy Prabowo yang melepas ekspor rumput luat jenis spinosum di Serang, Banten, 25 April 2020.
Ia mengutarakan harapannya agar aktivitas ekspor rumput laut akan turut menyumbang devisa di tengah dampak ekonomi akibat COVID-19 yang mempengaruhi kinerja ekonomi nasional.
Tidak hanya rumput laut, ujar dia, komoditas lainnya seperti kerapu dan udang juga memberikan kepastian bahwa ekspor produk perikanan tetap berjalan dan prospektif di tengah pandemi.
Slamet mengajak pula masyarakat pembudidaya untuk melakukan budidaya rumput laut dengan cara yang benar sesuai dengan SOP yang ada sehingga akan dihasilkan produk rumput laut dengan kandungan agar atau karagenan atau alginate yang bagus.
"Rumput laut punya peluang sangat mudah untuk dikembangkan karena biaya produksinya murah dan dapat menyerap banyak tenaga kerja serta meningkatkan perekonomian masyarakat pesisir," papar Direktur Jenderal Perikanan Budidaya KKP.
Terlebih, lanjutnya, ekspansi tujuan ekspor produk perikanan terus meluas, seperti tujuan Vietnam yang menjadi market baru.
"Padahal kita tahu sebelumnya market rumput laut kita didominasi ke China dan Filipina. Terbukanya ekspor ke Vietnam, ini akan menaikan nilai ekonomi jenis Spinosum yang sangat potensial di Indonesia. Artinya akan lebih banyak masyarakat yang terlibat dalam usaha budidaya rumput laut ini," ujarnya.
Sebagai informasi bahwa Indonesia diuntungkan sebagai negara dengan potensi sumber daya rumput laut yang besar. Sebagai bagian dari segi karang dunia, Indonesia memiliki setidaknya 550 jenis varian rumput laut bernilai ekonomis tinggi.
Sebelumnya pada 2019, tercatat nilai ekspor rumput laut Indonesia mencapai 324,84 juta dolar AS atau tumbuh 11,31 persen dibanding tahun 2018 yang mencapai 291,83 juta dolar.
Selain itu, selama rentang waktu 2014-2019, ekspor rumput laut nasional tercatat tumbuh rata-rata per tahun sebesar 6,53 persen. Sedangkan produksi rumput laut nasional hasil budidaya tahun 2018 tercatat 10,18 juta ton. Sementara KKP menargetkan tahun 2020 produksi rumput laut mencapai 10,99 juta ton dan diproyeksikan mencapai 12,33 juta ton pada tahun 2024.
Pemerintah telah membentuk Pokja untuk melakukan percepatan industrialisasi nasional, dan KKP juga telah menyusun peta jalan percepatan produksi rumput laut nasional.
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2020