Pemerintah Indonesia berencana untuk membuka koridor pariwisata (travel corridor/travel bubble) ke empat negara, yakni China, Jepang, Korea Selatan dan Australia.
Deputi Bidang Koordinasi Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Odo RM Manuhutu dalam jumpa pers virtual di Jakarta, Jumat, mengatakan pihaknya tengah membahas hal tersebut dengan Kementerian Luar Negeri dan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.
"Kita sedang merancang travel bubble untuk empat negara, yaitu RRT (China), Korea Selatan, Jepang, dan Australia. Ini sudah dibahas dalam ratas 28 Mei lalu. Kita buka empat negara dulu, baru ke negara lain tentu dengan memperhatikan protokol kesehatan," katanya.
Menurut Odo, keempat negara dipilih karena pertimbangan banyaknya wisatawan dari negara tersebut yang berkunjung ke Tanah Air. Selain itu, pertimbangan lainnya adalah aspek bisnis lantaran keempat negara banyak berinvestasi di Indonesia.
Ia menjelaskan dalam waktu dekat kemungkinan hanya para pebisnis saja yang masih akan bepergian. Oleh karena itu, travel bubble bisa dibuka dengan tetap mengutamakan protokol kesehatan yang ketat.
"Namun tidak tertutup untuk wisatawan. Nanti lokomotifnya adalah pengusaha yang datang ke Indonesia. Setelah pengusaha mulai datang, secara alamiah akan mendorong wisatawan untuk berkunjung," jelasnya.
Odo menuturkan kriteria soal koridor pariwisata itu tengah dibahas Kementerian Luar Negeri untuk kemudian dibahas dengan beberapa negara. Nantinya akan ada proses perundingan untuk menyepakati kriteria yang ditetapkan Indonesia sesuai dengan kriteria negara-negara tujuan koridor pariwisata.
"Setelah ada kesepakatan tersebut, dua-empat minggu kemudian kita sudah mulai bisa membuka travel bubble ini. Memang sudah ada banyak permintaan untuk membuka kembali jalur-jalur tertentu," terangnya.
Namun, untuk membuka travel bubble, ada beberapa aspek yang perlu jadi sorotan yaitu soal kesehatan, keamanan juga kesiapan teknisnya.
Odo menambahkan pihaknya belum bisa memastikan kapan travel bubble bisa dibuka. Pasalnya, hal itu tergantung situasi di masing daerah, utamanya yang jadi destinasi utama, dalam penanganan Covid-19.
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2020
Deputi Bidang Koordinasi Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Odo RM Manuhutu dalam jumpa pers virtual di Jakarta, Jumat, mengatakan pihaknya tengah membahas hal tersebut dengan Kementerian Luar Negeri dan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.
"Kita sedang merancang travel bubble untuk empat negara, yaitu RRT (China), Korea Selatan, Jepang, dan Australia. Ini sudah dibahas dalam ratas 28 Mei lalu. Kita buka empat negara dulu, baru ke negara lain tentu dengan memperhatikan protokol kesehatan," katanya.
Menurut Odo, keempat negara dipilih karena pertimbangan banyaknya wisatawan dari negara tersebut yang berkunjung ke Tanah Air. Selain itu, pertimbangan lainnya adalah aspek bisnis lantaran keempat negara banyak berinvestasi di Indonesia.
Ia menjelaskan dalam waktu dekat kemungkinan hanya para pebisnis saja yang masih akan bepergian. Oleh karena itu, travel bubble bisa dibuka dengan tetap mengutamakan protokol kesehatan yang ketat.
"Namun tidak tertutup untuk wisatawan. Nanti lokomotifnya adalah pengusaha yang datang ke Indonesia. Setelah pengusaha mulai datang, secara alamiah akan mendorong wisatawan untuk berkunjung," jelasnya.
Odo menuturkan kriteria soal koridor pariwisata itu tengah dibahas Kementerian Luar Negeri untuk kemudian dibahas dengan beberapa negara. Nantinya akan ada proses perundingan untuk menyepakati kriteria yang ditetapkan Indonesia sesuai dengan kriteria negara-negara tujuan koridor pariwisata.
"Setelah ada kesepakatan tersebut, dua-empat minggu kemudian kita sudah mulai bisa membuka travel bubble ini. Memang sudah ada banyak permintaan untuk membuka kembali jalur-jalur tertentu," terangnya.
Namun, untuk membuka travel bubble, ada beberapa aspek yang perlu jadi sorotan yaitu soal kesehatan, keamanan juga kesiapan teknisnya.
Odo menambahkan pihaknya belum bisa memastikan kapan travel bubble bisa dibuka. Pasalnya, hal itu tergantung situasi di masing daerah, utamanya yang jadi destinasi utama, dalam penanganan Covid-19.
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2020