Para peneliti di China mengeluarkan peringatan dini atas kemungkinan terjadinya pandemi lain yang disebabkan oleh virus flu babi setelah COVID-19.

Walau begitu para pakar pengendalian penyakit setempat menyatakan bahwa tidak seharusnya masyarakat panik karena tidak ada tanda-tanda pada peternakan babi terkait virus tersebut.

Para ilmuwan dari China Agriculture University, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit China (CCDC), dan lembaga lain telah mendeteksi virus flu babi mengandung genotipe 4 (G4) yang menular di antara babi dan memiliki kemungkinan melompat ke manusia karena virus G4 bisa terhubung dengan sel manusia. Studi tersebut dipublikasikan di jurnal sains AS, PNAS, Senin (29/6).

Virus G4 yang merupakan turunan dari H1N1 merupakan flu musiman dan sampel uji yang disebutkan dalam penelitian tersebut tidak cukup mewakili, demikian pernyataan Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China Zhao Lijian kepada pers, Rabu.

"Departemen terkait masih akan terus memantau secara cermat," ujarnya menambahkan.

Para peneliti mengumpulkan sampel dari babi di 10 provinsi di China selama periode 2011-2018 dan mendapati virus tersebut dalam babi sejak 2016.

Sekitar 10,4 persen dari pekerja peternakan babi hasil tesnya positif, demikian hasil penelitian tersebut.

Pemantauan virus G4 EA H1N1 pada babi dan pemantauan terhadap manusia, terutama orang-orang yang bekerja di industri babi harus segera dilakukan, demikian peringatan para ilmuwan dalam penelitian tersebut.

Temuan tersebut tentu saja memicu kekhawatiran publik akan adanya pandemi lain seperti COVID-19 dan apakah virus tersebut akan berdampak terhadap industri babi yang baru saja menunjukkan tanda-tanda pulih dari serangan virus flu babi Afrika (ASF) yang berjangkit pada 2018-2019 atau tidak. 

Pewarta: M. Irfan Ilmie

Editor : Musriadi


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2020