Damaskus (Antara Bengkulu) - Setidaknya 15 mahasiswa di Damaskus tewas hari Kamis dalam serangan mortir yang disebut media pemerintah dilakukan oleh "para teroris".

Serangan ke Universitas Damaskus terjadi ketika adanya peperangan antara para pemberontak dan pasukan loyalis di wilayah-wilayah di pinggiran kota.

Sementara itu, pesawat-pesawat perang menjadikan kantong-kantong pemberontak di Irbin dan kota-kota sebelah timur Damaskus sebagai target serangan.

"Sebanyak 15 mahasiswa tewas dalam serangan mortir yang mengarah ke fakultas arsitektur," kata dekan Universitas Damaskus Amer Mardini, seperti dikutip kantor berita resmi SANA.

Rezim menggunakan istilah "teroris" bagi para pemberontak yang kian meningkatkan sasarannya untuk menjatuhkan Presiden Bashar al-Assad.

SANA melaporkan bahwa enam orang mengalami luka-luka karena mortir yang menyasar ke kantin fakultas.

Stasiun televisi pro-pemerintah Al-Ikhbariya memperlihatkan gambar sebuah teras yang dipenuhi dengan kaca-kaca pecah serta kursi-kursi yang terbalik.

Gambar itu juga memperlihatkan para dokter sedang menangani anak-anak muda yang luka parah, beberapa di antaranya terlihat dalam keadaan tidak sadar.

Persatuan mahasiswa nasional mengutuk "serangan teroris pengecut yang menjadikan fakultas arsitektur Universitas Damaskus sebagai sasaran," kata televisi pemerintah itu.

Para pemberontak yang memerangi pemerintahan Assad telah meningkatkan serangan mortir di Damaskus pusat tahun ini, termasuk Umayyad Square yang merupakan tempat kantor pusat televisi pemerintah berada.

Kelompok pengawas yang berpusat di Inggris, Syrian Observatory for Human Rights, yang mengandalkan sumber-sumber di lapangan untuk mendapatkan informasi, mendesak diakhirinya serangan-serangan mortir di Damaskus.

"Mayoritas orang yang terbunuh dalam serangan mortir di Damaskus itu adalah warga sipil," kata direktur kelompok tersebut, Rami Abdel Rahman, kepada AFP.

Juru bicara Departemen Luar Negeri Amerika Serikat Victoria Nuland mengatakan masih belum jelas siapa yang berada di balik serangan.

Namun, ia mendesak kedua belah pihak untuk "sangat waspada dalam menghindarkan serangan kepada warga sipil dan untuk memastikan bahwa tindakan-tindakan mereka tidak melanggar hukum internasional."

Sementara itu, anggota parlemen Daraa Suriah, Walid al-Zohbi, mengatakan di televisi bahwa para pemberontak telah menguasai bagian besar wilayah selatan.

"Suriah tidak lagi berada dalam krisis. Suriah sudah terjerumus dalam perang sepenuhnya. Terorisme sudah menyebar di Suriah, demikian pula kekacauan. Ini adalah kenyataan, dan semua warga Suriah mengetahuinya," ujarnya kepada parlemen.

Zohbi mengatakan militer telah menarik diri dari banyak posisi dan "teroris-teroris dari Front Al-Nusra telah mengambil alih tempat mereka," katanya tentang kelompok jihad yang dikategorikan Washington sebagai "teroris".  

Penerjemah: T. Mutiasari

Pewarta:

Editor : Musriadi


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2013