Denpasar (Antara Bengkulu)  - Empat buah danau dan puluhan sungai yang mengalir dari hulu melewati pegunungan, lembah, persawahan hingga tempat pemukiman yang berhilir di laut lepas.

Air sungai yang bersumber dari daerah pegunungan atau sumber mata air yang terdapat di sejumlah lokasi, yang kemudian airnya mengalir ke sungai kondisinya sangat bersih dan sejuk.

Air sungai yang mengalir dari hulu ke hilir itu menjadi sumber pengairan sistem subak yang menopang kehidupan pertanian, memenuhi kebutuhan air bersih dan sumber kehidupan masyarakat lainnya.

Indek kualitas lingkungan hidup di Bali kini mencapai  99,65 persen, suatu prestasi yang cukup  menggembirakan, karena cukup baik dibandingkan daerah lainnya di Indonesia, tutur Kepala Badan Lingkungan Hidup (BLH) Provinsi, Bali, I Nyoman Sujaya.          Rata-rata capaian standar pelayanan minimal bidang lingkungan di Pulau Dewata dalam beberapa tahun belakangan ini sebesar 92 persen, sehingga melampaui rata-rata sasaran nasional sebesar 66 persen.

Raport sementara menunjukkan berkisar merah hingga hijau, yang menggambarkan tingkat ketaatan perusahaan terhadap peraturan perundang-undangan di bidang lingkungan hidup relatif  baik, karena tidak ada yang memperoleh  peringkat hitam.

Bali sebagai daerah  tujuan wisata yang menerima kunjungan wisman 2,9 juta dan wisatawan nusantara lebih dari empat juta setiap tahunnya mau tidak mau, kini tengah menghadapi berbagai masalah lingkungan, tutur Pengamat agama, adat dan seni budaya Bali, Dr I Ketut Sumadi.

Ketua Program Studi Pemandu wisata Institut Hindu Dharma Negeri (IHDN) Denpasar itu mengingatkan, masalah lingkungan di Pulau Dewata yang perlu mendapat perhatian dan penanganan dari semua pihak akibat dampak negatif pariwisata.      

Bahkan pakar lingkungan  seringkali mengingatkan, berkembangnya industri pariwisata di satu sisi berdampak negatif pada lingkungan alam, termasuk perubahan flora-fauna, pencemaran, menurunnya kualitas sumberdaya alam.

Demikian pula menyebabnya rusaknya fasilitas dan lingkungan buatan , penurunan kualitas lingkungan perkotaan, kualitas infrastruktur, berubahnya bentuk kota, restorasi dan kompetisi.

Dampak pembangunan pariwisata terhadap lingkungan fisik sangat mudah dilihat, baik yang terjadi pada tanah, air maupun udara dalam beberapa tahun belakangan ini.

    
                                                          Berkelanjutan
Calon Gubernur Bali yang diusung PDIP, Anak Agung Ngurah Puspayoga berpasangan dengan Dewa Nyoman Sukrawan menegaskan, upaya menjaga dan melestarikan lingkungan, termasuk kawasan hutan bakau Taman Hutan Raya (Tahura) Ngurah Rai. merupakan harga mati yang tidak bisa ditawa-tawar lagi.

Pihaknya secara pribadi dan partai PDIP, sudah sejak lama melakukan pelestarian lingkungan hidup khususnya kawasan hutan mangrove yang menjadi "paru-paru" kota Denpasar.

Mantan Wali Kota Denpasar itu  sempat berbaur dengan ratusan masa pendukungnya melakukan  penanaman pohon bakau di kawasan Taman Hutan Raya (Tahura) Ngurah Rai.      
        
Bahkan PDIP sejak tahun 1977 telah memelopori pelestarian hutan mangrove yang mampu mencegah terjadinya abrasi pantai dan menghindari merembesnya air laut ke sumur-sumur penduduk (air payau).

Upaya pelestarian kawasan hutan bakau di atas hamparan seluas 1.373 hektare sepanjang jalan dari pantai Sanur, Denpasar menuju Nusa Dua, Kabupaten Badung  adalah harga mati yang tidak bisa ditawar lagi.

Puspayoga, mantan wali kota Denpasar meski saat itu masih duduk di bangku sekolah menengah pertama (SMP) mengaku sudah ikut aktif dalam kegiatan pelestarian kawasan hutan tersebut.

Kepedulian akan hutan mangrove itu bukan tanpa alasan. Sebabnya  Bali hanya memiliki luasan hutan mangrove yang begitu kecil, namun mampu memberikan dampak positif bagi kehidupan masyarakat.

Oleh sebab itu hutan bakau harus dapat dijaga kelangsungannya sekaligus menjadi kebanggaan masyarakat Pulau Dewata, nasional bahkan internasional.

Meski hutan mangrove tidak begitu luas namun patut disyukuri, karena masih bisa dilestarikan keberadaannya hinga kini. Sebab, kawasan Kabupaten Badung dan Kota Denpasar kini terus tergerus oleh pesatnya pembangunan yang menyangkut berbagai aspek kehidupan.

Tidak mudah memang  sebuah kota memiliki hutan mangrove, sehingga menjadi tugas semua pihak untuk bersama- sama melestarikan, menjaga dan terus menghijaukan, ujar Puspayoga sambil mengajak peranserta masyarakat menjaga kelangsungan hutan bakau.

Pelestarian mangrove dan menjaga kebersihan lingkungan sesungguhnya merupakan implementasi konsep "Bali clean and green" yakni provinsi bersih dan hijau.

"Clean-nya, sampah plastik mari kita bersihkan, karena itu yang mengganggu kehidupan hutan mangrove. Green-nya, wilayah yang kosong, mangrove-nya yang sudah mati kita tanam kembali. Itu konsep clean and green, sekaligus menjadikan pariwisata Bali berkelanjutan" tutur Puspayoga. (ANT)

Pewarta: I Ketut Sutika

Editor : Helti Marini S


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2013