Mukomuko (ANTARA Bengkulu) - Tradisi "balemang" atau memasak beras dengan santan kelapa yang dimasukkan dalam bambu di Kabupaten Mukomuko, Provinsi Bengkulu, saat ini kian pudar bahkan sudah ditinggalkan sama sekali.

"Dalam peringatan hari besar seperti salah satunya Maulid Nabi Muhammad biasanya masyarakat dulunya "balemang" kini tradisi itu tidak ada lagi," kata tokoh masyarakat setempat Darwis Rajo Lelo di Mukomuko, Senin.

Warga sekarang ini, kata dia, ingin semua kegiatan masak-memasak dilakukan dengan "instan" (siap saji) tanpa harus "balemang" dan menunggunya seharian mengunakan kayu bakar.

"Kalau warga ingin makan "lemang" tinggal beli saja karena sudah ada yang jual. Kalau dulu memang hampir setiap rumah memasak "lemang"," kata dia menambahkan.

Selain itu, lanjutnya, bahan baku berupa bambu yang digunakan untuk membuat "lemang" saat ini sudah sangat langka karena lahan-lahan kosong telah banyak yang ditanami kebun sawit.

Hal ini juga kata dia yang menjadikan kegiatan "balemang" semakin berkurang selain kesulitan dalam memasaknya harus dibakar mengunakan kayu yang disusun rapi.

Menurut dia, bambu besar yang biasanya digunakan untuk "balemang" saat ini bisa diperoleh di wilayah-wilayah pedalaman daerah ini atau di desa terisolir jauh dari pusat ibukota kabupaten.

"Bambu itu banyak saat ini di Kecamatan Selagan Raya di Desa Talang Buai dan Sungai Ipuh," ujarnya lagi.

Ia menerangkan, meskipun kegiatan "balemang" khususnya di Kecamatan Kota Mukomuko semakin ditinggalkan namun makanannya yang telah jadi "lemang" masih digemari oleh masyarakat setempat. (T.KR-FTO/Z003)

Pewarta:

Editor : AWI-SEO&Digital Ads


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2012