Palu (Antara Bengkulu) - Kurikulum baru segera diberlakukan pada tahun ajaran 2013/2014, meskipun keberadaanya masih banyak ditentang  karena dianggap kurang cocok diterapkan di sistem pendidikan Indonesia.

Kurikulum itu dianggap meniru gaya "barat" yang kurang sesuai dengan kultur pendidikan di Tanah Air.

Sekelompok masyarakat yang tergabung dalam Aliansi Revolusi Pendidikan saat melakukan unjuk rasa di Jakarta, Selasa (9/4), mendesak DPR agar menolak sisa anggaran kurikulum 2013 yang diajukan pemerintah karena kurikulum itu dinilai hanya pemborosan dan kurang bermanfaat bagi peningkatan pendidikan di Indonesia.

Mereka menilai kurikulum baru itu dirumuskan dengan tergesa-gesa, kurang cermat, dan menghabiskan banyak biaya.

Besarnya alokasi anggaran kurikulum yang tercantum di APBN 2013 hanya sebesar Rp631 miliar, sedangkan pemerintah mengajukan anggaran kurikulum 2013 hingga Rp2,49 triliun.  

Kekurangan anggaran sebesar Rp1,8 triliun coba ditutupi pemerintah dengan menggunakan anggaran Dana Alokasi Khusus Rp748 miliar dan anggaran melekat yang relevan dalam APBN 2013 Rp1,1 triliun.

Kekurangan anggaran ini yang akan diputuskan oleh DPR, apakah disetujui atau diterima.

    
Beli masa depan

Rektor Universitas Tadulako (Untad) Palu Muhammad Basir Cyio mengatakan perubahan kurikulum pada 2013 sesungguhnya adalah untuk membeli masa depan anak didik dengan harga saat ini.

"Jangan korbankan masa depan anak didik yang masih panjang dengan kita-kita saat ini yang terkesan enggan memikirkan nasib dan kompetensi mereka," kata Basir Cyio dalam wisuda ke-70 Universitas Tadulako di Palu baru-baru ini.

Menurut dia, momen perubahan kurikulum saat ini adalah refleksi masa depan anak didik.  

"Perlu diingat. Lain masa lain kebutuhannya, dan lain masa lain pula orangnya. Jadi jangan paksakan masa kita untuk orang lain," ujar Basir Cyio.  

Menurut dia, keberhasilan suatu kurikulum merupakan proses panjang, mulai dari kristalisasi berbagai gagasan dan konsep ideal pendidikan, perumusan desain kurikulum, persiapan pendidik dan tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, serta tata kelola pelaksanaan kurikulum itu sendiri.

Dia mengatakan perumusan desain kurikulum menjadi sangat penting karena begitu struktur yang disiapkan tidak mengarah kepada apa yang ingin dicapai maka hasilnya akan sulit dilaksanakan.

"Mungkin kita akan bertanya, apakah kurikulum 2013 dari TK-SLTA begitu sangat mendesak sehingga harus diterapkan," katanya.

Yang jelas intinya adalah jangan sesekali persoalan implementasi kurikulum dihadapkan pada persoalan yang bisa menjerat 'kita' untuk tidak mau melakukan perubahan, katanya.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan berharap bisa menerapkan kurikulum 2013 secara maksimal setelah berjalan selama tiga tahun.

Saat ini ada 10 mata pelajaran yang diajarkan tapi mulai tahun ajaran 2013/2014 jumlah mata pelajaran diringkas menjadi tujuh.

Salah satu ciri kurikulum 2013, khususnya untuk sekolah dasar, adalah bersifat tematik dan integratif. Dalam pendekatan ini mata pelajaran IPA dan IPS mejadi pembahasan semua materi semua pelajaran. Kedua mata pelajaran itu diintegrasikan ke dalam semua pelajaran.

    
Presiden bicara

Kurikulum 2013 juga mendapat perhatian presiden. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menegaskan pemerintah tidak mengada-ada dalam menyempurnakan kurikulum pendidikan, namun berangkat dari upaya menyesuaikan dengan perkembangan kehidupan nasional dan era globalisasi.

"Pendidikan itu dinamis, termasuk kurikulumnya sehingga tidak bisa dikatakan mengada-ada kebijakan pengembangan kurikulum. Kita sesuaikan dengan perkembangan situasi," katanya saat membuka rapat kabinet terbatas bidang pendidikan di Kantor Presiden Jakarta, Selasa (9/4).

Meski demikian, kata Yudhoyono, perubahan kurikulum oleh pemerintah juga harus memiliki urgensi dan tujuan yang tepat dan benar.

Dia juga meminta pandangan masyarakat, kalangan legislatif dan praktisi pendidikan mesti diperhatikan.

"Di antara pandangan yang disampaikan adalah pandangan jangan sampai perubahan ini karena ganti menteri atau memberikan beban pada orang tua yang kurang mampu untuk siapkan teks buku pelajaran yang baru. Pandangan itu patut didengar," katanya.

Yudhoyono mengatakan kurikulum ini perlu dibahas lagi di tingkat kabinet agar bisa nanti diimplementasikan dengan baik.

    
Sosialisasi minim

Sejumlah guru di Kota Palu, Sulawesi Tengah, meminta pemerintah gencar melakukan sosialisasi kurikulum pendidikan baru yang rencananya akan diberlakukan pada tahun ajaran 2013/2014.

Emmy, seorang guru SMP di Kota Palu, mengaku sudah mendengar adanya kurikulum baru namun belum pernah mendapat penjelasan lebih lanjut mengenai hal itu.

Menurut dia, kurikulum yang lebih mengedepankan pendidikan karakter tersebut harus gencar disosialisasikan kepada para guru agar pengajar lebih siap melaksanakannya.

"Kami hanya menunggu perintah dari pusat saja, kalau teori mengajar saya sudah siap," katanya.

Dia juga berharap kurikulum baru itu diujicobakan kepada peserta didik agar para guru lebih siap dan tidak bingung.

Secara keseluruhan dia juga mendukung adanya penghilangan sejumlah mata pelajaran dan disisipkan ke palajaran lainnya.

Menurut dia, hal itu tidak membebani para siswa dalam belajar. Murid pun tidak terlalu banyak membawa buku saat ke sekolah.

"Jadi sebenarnya tidak ada yang perlu dikhawatirkan bila kita siap," katanya.

Pewarta: Oleh Riski Maruto

Editor : Musriadi


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2013