Sejak awal April media Belanda banyak menurunkan berita "Oranje", yaitu semua informasi yang berhubungan dengan keluarga kerajaan, sesuai nama dinasti keluarga kerajaan Belanda.

        Berita terbesar adalah rencana Ratu Beatrix untuk menandatangani Akte Abdikasi -- menurut hukum negara secara resmi ia akan turun tahta, di istana De Dam, Amsterdam pada 30 April 2013.

        Penerus tahta adalah putra mahkota Pangeran Willem Alexander, 46 tahun -- di luar Belanda lebih dikenal dengan nama Prince of Orange -Pangeran Oranye.

        Pengukuhan Willem- Alexander sebagai Raja akan berlangsung di Nieuwe Kerk, yang letaknya hanya beberapa meter dari istana De Dam.

        Upacara  serupa pernah disaksikan rakyat Belanda ketika Putri Beatrix menjadi Ratu pada 30 April 1980, menggantikan ibunya Ratu Juliana.

        Hari Ratu, di Belanda (semacam 17 Agustus) selalu dirayakan pada hari ulang tahun ratu. Namun Beatrix memutuskan mempertahankan Hari Ratu pada ulang tahun ibunya yaitu 30 April. Keputusan yang sangat dimengerti, ulang tahun Ratu Beatrix adalah 31 Januari, saat suhu rendah di musim dingin tidak cocok untuk pesta rakyat.

        Warga Belanda cukup terkejut mendengar pidato Ratu Beatrix beberapa hari sebelum ulang tahun ke 75, yang mengumumkan rencana turun tahta pada akhir April 2013, demikian laporan media massa di negara tersebut.

        Pidato itu diucapkannya ketika baru saja kembali dari kunjungan kenegaraan ke Brunei Darussalam dan Singapura.

        Dalam usianya itu Ratu Beatrix masih tampak segar, lalu mengapa ia berencana turun tahta?
   Dalam pidatonya Beatrix mengatakan bahwa sekarang adalah giliran bagi generasi muda. Pangeran Willem-Alexander saat ini berusia sama dengan Perdana Menteri Belanda Mark Rutte.

        Sebagai seorang putri, Beatrix juga berusia 42 tahun ketika dinobatkan menjadi Ratu, dan ia juga seusia dengan Ruud Lubbers, Perdana Menteri saat itu.

        Baik kalangan pendukung kerajaan maupun kalangan republik yang  ingin Belanda berbentuk republik, mengakui bahwa Ratu Beatrix telah menjalankan tugasnya sebagai kepala negara dengan sangat baik. Beatrix dikenal seorang perfeksionis. Menjadi ratu adalah titah. Harus dijalankan sesempurna mungkin. itulah yang dijalani Beatirx.

    
              Berbagai Masalah
  Pada hari pernikahannya banyak terjadi protes di Amsterdam, karena Beatrix menikahi Pangeran Claus, seorang warga Jerman. Orang Belanda belum lupa pada kekejaman tentara Jerman pada masa perang.

    Namun Pangeran Claus-- wafat 2002-- adalah seorang diplomat yang cerdas dan memikat. Dalam waktu singkat rakyat Belanda sudah merangkulnya dan bahkan ia menjadi anggota keluarga kerajaan paling popular.

        Saat Beatrix dinobatkan menjadi ratu, Amsterdam mengerahkan tentara dan polisi huru hara untuk menjamin kelangsungan upacara. Suasana Amsterdam waktu itu sangat panas, banyak kemarahan rakyat dilampiaskan pada peristiwa tersebut. Rakyat menuntut perumahan layak dan terjangkau.

        Kemarahan rakyat Belanda sedikit demi sedikit berhasil diluluhkan oleh sikap Ratu Beatrix, rakyat bahkan mulai menghargainya dan akhirnya mencintaiya sebagai kepala negara. Bukan rahasia, banyak orang Belanda menganggap biaya keluarga kerajaan terlalu tinggi.

        Masa tegang antara rakyat dan keluarga Oranje terjadi lagi ketika pangeran Willem-Alexander menjalin hubungan asmara dengan Máxima Zorreguieta,  putri dari Jorge Zorreguieta, mantan mentri pertanian Argentina di masa junta militer Jorge Videla.

        Rejim ini membabat habis semua penentangnya dengan penganiayaan, penculikan bayi-bayi dan ribuan warga Argentina raib. Menurut beberapa saksi, mayat mereka dijatuhkan dari pesawat ke laut.  
   Rakyat Belanda menolak ayah Máxima. Putri Máxima baru benar-benar diterima ketika secara terbuka setelah ia menyatakan menyesali masa kerja ayahnya di bawah rejim kejam.

        Ketika putrinya menikah dengan Willem-Alexander, ayah Máxima tidak diperkenankan hadir, demikian juga kelak saat Maxima resmi menjadi ratu. Meskipun demikian, si jelita Máxima saat ini adalah anggota keluarga kerajaan yang paling disukai rakyat Belanda.

        Diskusi mengenai mahalnya biaya keluarga kerajaan, sering ditangkis oleh para pendukung monarki dengan penjelasan bahwa kunjungan kenegaraan Ratu Belanda yang membawa delegasi dagang membuka banyak peluang usaha. Itu baik untuk perekonomian Belanda yang saat ini harus mencari banyak peluang untuk mengatasi resesi yang melanda Eropa. Suara kritis lain adalah saat diserukan bahwa rakyat harus berhemat. Para pengecam juga menuntut agar keluarga kerajaan ikut berhemat. Maka anggaran untuk mereka pun harus dikurangi.

        Dalam situasi tersebut, Ratu sudah siap menyerahkan mahkota kerajaan kepada putranya, laki-laki pertama yang lahir di dinasti Oranye sejak 116 tahun.

    
                      Pangeran Willem-Alexander
   Putra mahkota  yang 30 April menjadi Raja Belanda ini lahir pada 27 April 1967 di Utrecht, sebagai putra sulung dari --ketika itu masih Putri Mahkota Beatrix dan Pangeran Claus von Amsberg-- dan memiliki dua adik yaitu Johan Friso dan Constantijn.

       Keluarga muda ini tinggal di istana Drakensteyn, tidak jauh dari istana Soestdijk, tempat tinggal resmi Ratu Juliana yang  wafat pada 2004.

        Setelah menamatkan studi sejarah pada 1993 di Rijksuniversiteit Leiden, ia mulai dipersiapan sebagai calon raja. Pangeran Oranye  mengambil brevet (ijazah) terbang; mengikuti pendidikan Angkatan Darat, kemudian menjalankan masa dinas militer di Angkatan Laut.

       Atas saran ayahnya ia memperdalam Tatakelola Air, bidang yang menjadi keunggulan Belanda. Dalam bidang ini  Pangeran Willem-Alexander banyak bergerak di kancah internasional dan patut diperhitungkan.

        Sosok pangeran mampu menarik perhatian internasional terutama dengan modal  keahlian Belanda di bidang air. Belanda memiliki banyak ahli penanggulangan banjir dan penyediaan air bersih. Ia membawa nama harum Belanda dengan memberikan pengetahuannya bagi kepentingan pengelolaan air secara internasional.

       Dalam wawancara dengan Siaran Indonesia, Radio Nederlands, Pangeran Willem-Alexander memperlihatkan ambisinya untuk terciptanya ketersediaan air bersih dan sanitasi bagi semua orang, di Belanda maupun negara-negara lain.

        Sebagai seorang pangeran ia memiliki jaringan dan akses internasional untuk mewudjudkan ambisinya itu, karena untuk mencapai ketersediaan air bersih dan sanitasi yang sehat, bukanlah hal mudah, melainkan memerlukan kerjasama internasional, pemerintah dan pebisnis.

        Selain itu sebagai pencinta olah raga dan anggota Komite Internasional Olimpiade, ia cukup aktif. Willem-Alexander sendiri suka berolah raga, malahan ia pernah ikut marathon di New York, dengan mendaftar memakai nama yang tidak mudah dikenali sebagai seorang pangeran. Ia juga mengikuti seluncur es melalui 11 kota di Belanda Utara (Elfstedentocht).

        Menjadi anggota keluarga kerajaan memang tidak mudah. Ia pernah juga dikecam karena ikut berjingkrak-jingkrak  bersama dengan tim Belanda yang berhasil meraih medali emas pada pertandingan Olimpiade. Putra mahkota dianggap kurang anggun dengan sikap seperti itu.

        Namun dunia olah raga Belanda menghargai antusiasme pangeran muda ini. Rakyat Belanda pada umumnya sekarang melihat Willem-Alexander sebagai putra mahkota yang sudah siap menggantikan ibunya.

        Pangeran Willem-Alexander akan menjadi Raja, mengepalai dinasti Oranye yang sudah seratus tahun lebih dipimpin Ratu, dari nenek buyutnya, Wilhelmina yang berjaya semasa Belanda menjadi negara dengan koloni yang luas, dilanjutkan neneknya, Ratu Yuliana dan ibundanya, Ratu Beatrix.

    Apakah ia akan sepopular ibunya? Hanya waktu yang bisa menjawab.    
(* Mantan redaktur Siaran Indonesia di Radio Nederlands, tinggal di Hilversum, Belanda.)

Pewarta: Oleh Yanti Mualim*

Editor : Triono Subagyo


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2013