Bengkulu (Antara Bengkulu) - Ketua Umum Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) Joefly J Bahroeny mengatakan tingginya pajak ekspor minyak sawit mentah atau "crude palm oil" Indonesia akan mengancam daya saing produk perkebunan itu di tingkat dunia.

"Daya saing produk CPO Indonesia akan terancam, terutama dengan CPO asal Malaysia, padahal kita menjadi produsen CPO terbesar di dunia," katanya di Bengkulu saat melantik pengurus GAPKI Cabang Bengkulu, Kamis.

Ia mengatakan pajak ekspor CPO yang diberlakukan pemerintah Indonesia mencapai 8 hingga 22 persen, sedangkan pajak ekspor CPO Malaysia hanya 4,5 persen.

Tujuan pemerintah meninggikan pajak ekspor CPO yakni agar kebutuhan domestik diutamakan, menurut dia, cukup baik.

Namun, produksi CPO Indonesia mencapai 27 juta ton per tahun, dengan luas areal produksi mencapai 9 juta hektare.

"Sementara kebutuhan CPO domestik hanya 4 hingga 5 juta ton, sehingga hampir 70 persen harus dijual ke pasar internasional," katanya.

Ia mengatakan, saat ini negara tujuan ekspor CPO Bengkulu antara lain China, India dan sejumlah negara-negara di Eropa.

Pengusaha perkebunan kelapa sawit yang tergabung dalam GAPKI, kata dia, sudah mengusulkan permintaan penurunan pajak ekspor yakni sebesar 3 persen.

Menurut dia, pajak ekspor tidak hanya dipandang sebagai pemasukan negara, tapi dapat digunakan untuk mengembangkan kebun masyarakat, terutama masalah penggunaan bibit palsu.

Pada 2013, kata Joefly, nilai pajak ekspor CPO mencapai 19 miliar dolar AS dan menjadi penghasil devisa terbesar, setelah devisa dari sektor minyak dan gas.

Industri kelapa sawit dengan luas 9 juta hektare, telah menyerap tenaga kerja hingga 4 juta jiwa.

Masa depan sektor perkebunan kelapa sawit masih dipandang cerah, sebab penggunaan minyak nabati dari CPO terus meningkat dimana saat ini mencapai 38 persen untuk kebutuhan dunia.

"Minyak nabati dari sawit sudah mengalahkan kedelai dan penggunaannya meningkat hingga 20 persen dalam 15 tahun terakhir," katanya.

Sementara Ketua GAPKI Cabang Bengkulu Daniel Manurung mengatakan luas areal perkebunan sawit yang dikelola sembilan perusahaan yang tergabung dalam organisasi itu mencapai 67.100 hektare dan kebun binaan 30.000 hektare.

"Produksi CPO mencapai 33.000 ton per bulan dengan serapan tenaga kerja sebanyak 16.500 orang," katanya. (ANTARA)

Pewarta:

Editor : Helti Marini S


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2013