Bengkulu (Antara Bengkulu) - Pemerintah Kabupaten Seluma, Provinsi Bengkulu, membutuhkan perluasan jaringan irigasi baru untuk menekan alih fungsi lahan sawah menjadi perkebunan sawit, kata Kepala Dinas Pertanian Peternak dan Perkebunan Kabupaten Seluma Rusman Effendi.
Saat ini alih fungsi lahan sawah di wilayah itu masih bisa dikendalikan, meskipun jaringan irigasi belum maksimal, namun hal itu tidak bisa dibiarkan, ujar Rusman Effendi di Bengkulu, Senin.
Ia mengatakan jaringan irigasi di wilayah itu sebagian besar rusak akibat dua kali mengalami bencana alam, yakni gempa bumi berkekuatan besar pada tahun 2000 dan 2007, sehingga lahan sawah tidak bisa diairi secara maksimal.
Akibatnya, sebagian besaar lahan sawah oleh pemiliknya dijadikan kebun kelapa sawit dan pekarangan, seperti di wilayah Rimbo Kedui.
Bila jaringan irigasi di wilayah itu dapat berfungsi maksimal lahan kebun sawit dan lahan pekatangan itu bisa menjadi lahan sawah kembali.
Di wilayahnya terdapat dua bendungan besar yaitu Air Seluma dan Bendungan Air Alas yang dibangun pada tahun 80-an, sedangkan areal lahan sawah mencapai 20 ribu hektare lebih.
Dari luas lahan tersebut yang bisa dijadikan sawah irgasi teknis hanya sekitar 60 persen, sedangkan sisanya menjadi lahan tidur dan dijadikan masyarakat kebun sawit.
Ke depan pihaknya, mengharapkan rehabilitasi dan perluasn jaringan irigasi teknis karena tidak hanya lahan sawah berpotensi menjadi irigasi teknis juga sawah tadah hujan juga bisa difungsikan dengan baik.
Pihaknya sudah mengimabu masyarakat untuk tidak mengalih fungsikan lahan sawah menjadi kebun atau lahan pekarangan yang ditanami dengan tumbuhan tahunan, ujarnya.
Menurut Warman, salah seorang petani di Rimbo Kedui, lahan sawahnya terpaksa dibuat kebun sawit karena hingga saat ini tidak pernah mandapat air irigasi.
Saluran air irigasi lebih rendah dari lahan sehingga sulit terjangkau air, mestinya saluran irigasi itu lebih tinggi menimal sejajar dengan lahan sawah baru bisa difungsikan.
"Kami bersedia lahan kebun sawit itu kembali menjadi sawah dengan catatan air irigasi bisa masuk dan harapan itu sudah lama ditunggu-tunggu," ujarnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2013
Saat ini alih fungsi lahan sawah di wilayah itu masih bisa dikendalikan, meskipun jaringan irigasi belum maksimal, namun hal itu tidak bisa dibiarkan, ujar Rusman Effendi di Bengkulu, Senin.
Ia mengatakan jaringan irigasi di wilayah itu sebagian besar rusak akibat dua kali mengalami bencana alam, yakni gempa bumi berkekuatan besar pada tahun 2000 dan 2007, sehingga lahan sawah tidak bisa diairi secara maksimal.
Akibatnya, sebagian besaar lahan sawah oleh pemiliknya dijadikan kebun kelapa sawit dan pekarangan, seperti di wilayah Rimbo Kedui.
Bila jaringan irigasi di wilayah itu dapat berfungsi maksimal lahan kebun sawit dan lahan pekatangan itu bisa menjadi lahan sawah kembali.
Di wilayahnya terdapat dua bendungan besar yaitu Air Seluma dan Bendungan Air Alas yang dibangun pada tahun 80-an, sedangkan areal lahan sawah mencapai 20 ribu hektare lebih.
Dari luas lahan tersebut yang bisa dijadikan sawah irgasi teknis hanya sekitar 60 persen, sedangkan sisanya menjadi lahan tidur dan dijadikan masyarakat kebun sawit.
Ke depan pihaknya, mengharapkan rehabilitasi dan perluasn jaringan irigasi teknis karena tidak hanya lahan sawah berpotensi menjadi irigasi teknis juga sawah tadah hujan juga bisa difungsikan dengan baik.
Pihaknya sudah mengimabu masyarakat untuk tidak mengalih fungsikan lahan sawah menjadi kebun atau lahan pekarangan yang ditanami dengan tumbuhan tahunan, ujarnya.
Menurut Warman, salah seorang petani di Rimbo Kedui, lahan sawahnya terpaksa dibuat kebun sawit karena hingga saat ini tidak pernah mandapat air irigasi.
Saluran air irigasi lebih rendah dari lahan sehingga sulit terjangkau air, mestinya saluran irigasi itu lebih tinggi menimal sejajar dengan lahan sawah baru bisa difungsikan.
"Kami bersedia lahan kebun sawit itu kembali menjadi sawah dengan catatan air irigasi bisa masuk dan harapan itu sudah lama ditunggu-tunggu," ujarnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2013