Dokter sekaligus "influencer" Tirta Mandira Hudhi atau akrab dengan sebutan dr Tirta mengungkap rahasia sukses berbisnis, salah satunya dengan merangkul pegawai yang 50 persen di antaranya merupakan anak jalanan.
"Saya menemukan kesenangan tersendiri ketika pegawai dapat duit dari situ (usaha yang dimilikinya), apalagi sebagian dari mereka sebelumnya merupakan kaum marginal," katanya saat menjadi salah satu narasumber pada acara bincang bisnis sebagai rangkaian kegiatan "UKM Virtual Expo" yang diselenggarakan Dinas Koperasi dan UMKM Jawa Tengah di Semarang, Senin.
Bahkan, pada saat pandemi COVID-19 di mana tidak sedikit pengusaha yang terpaksa memotong upah karyawannya bahkan beberapa waktu lalu sempat menunda pemberian tunjangan hari raya (THR), pria lulusan Fakultas Kedokteran (FK) UGM ini tidak sedikitpun melakukan pemotongan.
"Pelaku usaha itu butuh dana talangan. Saya tidak pernah mengurangi gaji, sedikitpun tidak ada potongan gaji, THR lancar bahkan H-7 sudah saya berikan. Ini karena saya selalu menyisihkan 10 persen dari omzet setiap bulan untuk digunakan sebagai dana talangan. Selama pandemi dana talangan ini yang digunakan untuk menggaji mereka," kata relawan COVID-19 ini.
Bahkan, dikatakannya, karyawan adalah "stakeholder" atau mitra paling kuat dalam perusahaan.
"Selama ini kesalahan paling besar pebisnis muda adalah mengambil laba terlalu besar lalu dibuat profit pibadi, sebetulnya ini salah. Ini menimbulkan kecemburuan sosial antara 'owner' (pemilik) dengan pegawai. Misalnya pegawai gaji Rp2,5 juta, padahal dia sudah totalitas tapi gaji tidak naik-naik, besoknya 'owner' beli mobil mewah. Ini membuat pekerja marah, akhirnya terjadi boikot, frontal," katanya.
Untuk meminimalisasi hal tersebut, pemilik tempat cuci sepatu Shoes and Care ini meminta agar pemilik usaha memberdayakan pegawai dan merangkul mereka.
"Dengan begitu kamu (pemilik usaha) akan menjadi pemimpin yang baik," katanya.
Selain memberdayakan pegawai, dikatakannya, pemilik usaha juga harus memiliki "financial plan" atau perencanaan keuangan yang baik, termasuk biaya listrik, rugi, dana talangan, riset dan pengembangan, biaya sewa tempat usaha, hingga keberadaan kompetitor.
"Jangan yang penting niat, perkaya juga kekuatan pikiranmu, belajar 'financial plan' yang bagus. Seperti hitungan pajak, jangan kaget kalau suatu saat dapat surat dari pajak, kok segini. Padahal pajak UMKM hanya 0,5 persen, bahkan selama pandemi pajak UMKM dibayar oleh Negara," katanya.***1***
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2020
"Saya menemukan kesenangan tersendiri ketika pegawai dapat duit dari situ (usaha yang dimilikinya), apalagi sebagian dari mereka sebelumnya merupakan kaum marginal," katanya saat menjadi salah satu narasumber pada acara bincang bisnis sebagai rangkaian kegiatan "UKM Virtual Expo" yang diselenggarakan Dinas Koperasi dan UMKM Jawa Tengah di Semarang, Senin.
Bahkan, pada saat pandemi COVID-19 di mana tidak sedikit pengusaha yang terpaksa memotong upah karyawannya bahkan beberapa waktu lalu sempat menunda pemberian tunjangan hari raya (THR), pria lulusan Fakultas Kedokteran (FK) UGM ini tidak sedikitpun melakukan pemotongan.
"Pelaku usaha itu butuh dana talangan. Saya tidak pernah mengurangi gaji, sedikitpun tidak ada potongan gaji, THR lancar bahkan H-7 sudah saya berikan. Ini karena saya selalu menyisihkan 10 persen dari omzet setiap bulan untuk digunakan sebagai dana talangan. Selama pandemi dana talangan ini yang digunakan untuk menggaji mereka," kata relawan COVID-19 ini.
Bahkan, dikatakannya, karyawan adalah "stakeholder" atau mitra paling kuat dalam perusahaan.
"Selama ini kesalahan paling besar pebisnis muda adalah mengambil laba terlalu besar lalu dibuat profit pibadi, sebetulnya ini salah. Ini menimbulkan kecemburuan sosial antara 'owner' (pemilik) dengan pegawai. Misalnya pegawai gaji Rp2,5 juta, padahal dia sudah totalitas tapi gaji tidak naik-naik, besoknya 'owner' beli mobil mewah. Ini membuat pekerja marah, akhirnya terjadi boikot, frontal," katanya.
Untuk meminimalisasi hal tersebut, pemilik tempat cuci sepatu Shoes and Care ini meminta agar pemilik usaha memberdayakan pegawai dan merangkul mereka.
"Dengan begitu kamu (pemilik usaha) akan menjadi pemimpin yang baik," katanya.
Selain memberdayakan pegawai, dikatakannya, pemilik usaha juga harus memiliki "financial plan" atau perencanaan keuangan yang baik, termasuk biaya listrik, rugi, dana talangan, riset dan pengembangan, biaya sewa tempat usaha, hingga keberadaan kompetitor.
"Jangan yang penting niat, perkaya juga kekuatan pikiranmu, belajar 'financial plan' yang bagus. Seperti hitungan pajak, jangan kaget kalau suatu saat dapat surat dari pajak, kok segini. Padahal pajak UMKM hanya 0,5 persen, bahkan selama pandemi pajak UMKM dibayar oleh Negara," katanya.***1***
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2020