Wali Kota Tarakan Khairul menyatakan sangat prihatin atas kejadian tewasnya seorang siswa SMP karena gantung diri di kamar mandi rumahnya, di Kelurahan Sebengkok, Tarakan pada Selasa (27/10).
"Saya atas nama pribadi, keluarga dan Pemkot Tarakan mengucapkan duka cita yang sedalam-dalamnya, semoga keluarga yang ditinggalkan diberi kesabaran," kata Khairul dalam pesan singkat yang diterima di Tarakan, Rabu.
Dia berharap mudah-mudahan peristiwa gantung diri ini tidak menjadi role model bagi anak-anak lainnya.
"Tentu kita para orang tua dan tenaga pendidik harus mengawasi anak-anaknya, berdiskusi dan mencarikan solusi jika memang ada masalah dalam proses belajar mengajar baik dengan sistem daring ataupun offline," kata Khairul.
Peristiwa tragis siswa gantung diri ini banyak mendapat tanggapan dari warganet di antaranya akun Ani Suryani menyampaikan tiap hari diberikan tugas menumpuk, disuapin tugas-tugas yang harus dihabiskan, sedangkan anak-anak itu kalau sudah di rumah maunya santai.
Makanya, kata dia, saya nggak mau memaksa ke anak saya takut seperti macam ini, kalau anak yang stres bukan gurunya yang pusing pasti kita ortu yang susah dan sedih.
"Sekarang saya nggak berpikir panjang mau naik kelaskah atau tidak, terserah, yang penting anak saya tidak stres dan diberi kesehatan dan umur yang panjang," katanya pula.
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2020
"Saya atas nama pribadi, keluarga dan Pemkot Tarakan mengucapkan duka cita yang sedalam-dalamnya, semoga keluarga yang ditinggalkan diberi kesabaran," kata Khairul dalam pesan singkat yang diterima di Tarakan, Rabu.
Dia berharap mudah-mudahan peristiwa gantung diri ini tidak menjadi role model bagi anak-anak lainnya.
"Tentu kita para orang tua dan tenaga pendidik harus mengawasi anak-anaknya, berdiskusi dan mencarikan solusi jika memang ada masalah dalam proses belajar mengajar baik dengan sistem daring ataupun offline," kata Khairul.
Peristiwa tragis siswa gantung diri ini banyak mendapat tanggapan dari warganet di antaranya akun Ani Suryani menyampaikan tiap hari diberikan tugas menumpuk, disuapin tugas-tugas yang harus dihabiskan, sedangkan anak-anak itu kalau sudah di rumah maunya santai.
Makanya, kata dia, saya nggak mau memaksa ke anak saya takut seperti macam ini, kalau anak yang stres bukan gurunya yang pusing pasti kita ortu yang susah dan sedih.
"Sekarang saya nggak berpikir panjang mau naik kelaskah atau tidak, terserah, yang penting anak saya tidak stres dan diberi kesehatan dan umur yang panjang," katanya pula.
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2020