Batam (Antara Bengkulu) - Ketua GP Ansor Kota Batam Candra Ibrahim menyatakan bahwa film "Sang Kyai" layak menjadi tontonan wajib kaum "nahdliyyin" atau anggota dan kader Nahdlatul Ulama karena tokoh utamanya KH Hasyim Asy'ari banyak memberikan inspirasi.
"Kader NU seperti Ansor saya pikir wajib nonton film ini ya. Selain ini kisah nyata, penonton juga bisa mengenal sosok panutan puluhan juta umat muslim yang terikat dalam jam'iyah Nahdatul Ulama," katanya di Batam, Jumat.
Candra mengimbau pemuda Ansor meniru semangat KH Hasyim Asya'ari dalam mencintai Tanah Air seperti yang tergambar dalam film tersebut.
"Hadratus Syekh KH Hasyim Asy'ari selain memikirkan warga 'nahdliyyin', juga memikirkan bangsa ini secara totalitas, bahkan sampai ajal menjemputpun beliau masih memikirkan bangsa ini" ujar dia.
Chandra mengatakan, hari pertama pemutaran film "Sang Kyai" di Batam menjadi perhatian Gerakan Pemuda (GP) Ansor Kota Batam. Bersama dengan anggota DPD RI asal Kepri Hardi S Hood, puluhan pengurus dan anggota GP Ansor Kota Batam pada Kamis (30/5) malam nonton bareng film yang di sutradarai Rako Prijanto tersebut.
Film yang dibintangi oleh aktor kawakan Ikra Negara yang memerankan tokoh Hadratussyeh Hasyim Asya'ari ini, mengisahkan heroisme perjuangan KH Hasyim Asya'ari dalam rangka merebut kemerdekaan dari tangan penjajah Belanda dan Jepang.
Sebagai pendiri Nahdatul Ulama (NU) yang memiliki pengikut militan, KH Hasyim Asya'ri menjadi salah satu rujukan Bung Karno, Bung Hatta, Panglima Besar Jenderal Sudirman dan lain-lain dalam perang merebut kemerdekaan.
Senator Hardi S Hood menyatakan, bahwa film-film seperti "Sang Kyai" inilah yang seharusnya banyak diproduksi oleh insan perfilman Indonesia.
"Selain mengandung nilai edukasi, film ini juga mengingatkan kita kepada para pahlawan. Film 'Sang Kya'i layak diapresiasi, karena film tersebut memberikan pelajaran berharga tentang bagaimana cara kita mencintai Tanah Air. Selain itu bisa mengenal lebih dekat sosok pahlawan nasional melalui film ini," ujar Hardi S Hood.
Hal yang hampir sama di sampaikan oleh Wakil Ketua GP Ansor Kota Batam Sularno mengatakan film "Sang Kyai" merupakan bukti eksistensi NU dan badan otonomnya untuk Tanah Air.
"Tidak berlebihan jika NU, Muslimat, Ansor, dan Fatayat merupakan organisasi yang memiliki andil besar dalam merebut kemerdekaan," kata dia.
Dalam film yang diangkat dari kisah nyata tersebut, kata dia, digambarkan betapa pejuang seperti Bung Karno dan Jenderal Sudirman mengirim utusan menghadap Hadratussyeh untuk meminta fatwa mengenai jihad. Setelah fatwa keluar dan tersebar, para pemuda NU yang tergabung dalam Hisbullah dan warga NU dari pelosok saling bahu membahu berperang merebut kemerdekaan.
"KH Hasyim Asya'ri merupakan tokoh sentral atas kemenangan perang 10 November di Surabaya. Ia menjadi panutan dalam menentukan arah dan pengerahan massa santri dalam melawan sekutu," kata dia.
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2013
"Kader NU seperti Ansor saya pikir wajib nonton film ini ya. Selain ini kisah nyata, penonton juga bisa mengenal sosok panutan puluhan juta umat muslim yang terikat dalam jam'iyah Nahdatul Ulama," katanya di Batam, Jumat.
Candra mengimbau pemuda Ansor meniru semangat KH Hasyim Asya'ari dalam mencintai Tanah Air seperti yang tergambar dalam film tersebut.
"Hadratus Syekh KH Hasyim Asy'ari selain memikirkan warga 'nahdliyyin', juga memikirkan bangsa ini secara totalitas, bahkan sampai ajal menjemputpun beliau masih memikirkan bangsa ini" ujar dia.
Chandra mengatakan, hari pertama pemutaran film "Sang Kyai" di Batam menjadi perhatian Gerakan Pemuda (GP) Ansor Kota Batam. Bersama dengan anggota DPD RI asal Kepri Hardi S Hood, puluhan pengurus dan anggota GP Ansor Kota Batam pada Kamis (30/5) malam nonton bareng film yang di sutradarai Rako Prijanto tersebut.
Film yang dibintangi oleh aktor kawakan Ikra Negara yang memerankan tokoh Hadratussyeh Hasyim Asya'ari ini, mengisahkan heroisme perjuangan KH Hasyim Asya'ari dalam rangka merebut kemerdekaan dari tangan penjajah Belanda dan Jepang.
Sebagai pendiri Nahdatul Ulama (NU) yang memiliki pengikut militan, KH Hasyim Asya'ri menjadi salah satu rujukan Bung Karno, Bung Hatta, Panglima Besar Jenderal Sudirman dan lain-lain dalam perang merebut kemerdekaan.
Senator Hardi S Hood menyatakan, bahwa film-film seperti "Sang Kyai" inilah yang seharusnya banyak diproduksi oleh insan perfilman Indonesia.
"Selain mengandung nilai edukasi, film ini juga mengingatkan kita kepada para pahlawan. Film 'Sang Kya'i layak diapresiasi, karena film tersebut memberikan pelajaran berharga tentang bagaimana cara kita mencintai Tanah Air. Selain itu bisa mengenal lebih dekat sosok pahlawan nasional melalui film ini," ujar Hardi S Hood.
Hal yang hampir sama di sampaikan oleh Wakil Ketua GP Ansor Kota Batam Sularno mengatakan film "Sang Kyai" merupakan bukti eksistensi NU dan badan otonomnya untuk Tanah Air.
"Tidak berlebihan jika NU, Muslimat, Ansor, dan Fatayat merupakan organisasi yang memiliki andil besar dalam merebut kemerdekaan," kata dia.
Dalam film yang diangkat dari kisah nyata tersebut, kata dia, digambarkan betapa pejuang seperti Bung Karno dan Jenderal Sudirman mengirim utusan menghadap Hadratussyeh untuk meminta fatwa mengenai jihad. Setelah fatwa keluar dan tersebar, para pemuda NU yang tergabung dalam Hisbullah dan warga NU dari pelosok saling bahu membahu berperang merebut kemerdekaan.
"KH Hasyim Asya'ri merupakan tokoh sentral atas kemenangan perang 10 November di Surabaya. Ia menjadi panutan dalam menentukan arah dan pengerahan massa santri dalam melawan sekutu," kata dia.
Editor : Musriadi
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2013