Pemerintah Provinsi (Pemprov) Bengkulu merancang program pembuatan rumpon atau rumah ikan di sejumlah titik di perairan Bengkulu sebagai upaya mendorong peningkatan hasil tangkapan nelayan di daerah itu.

Gubernur Bengkulu Rohidin Mersyah mengatakan selain sebagai upaya peningkatan hasil tangkapan nelayan, program rumpon itu juga bertujuan mengantisipasi penggunaan alat tangkap yang tidak ramah lingkungan seperti pukat harimau atau trawl.

"Sehingga hasil tangkapan nelayan kita tetap berlimpah tapi di sisi lain kita juga mencegah penggunaan alat tangkap ilegal yang tidak ramah lingkungan dan merugikan nelayan itu sendiri," kata Rohidin.

Menurut Rohidin, dengan memiliki garis pantai sepanjang 525 kilometer menjadikan Provinsi Bengkulu daerah dengan sumber daya laut yang besar, namun potensi kemaritiman itu masih belum dikelola secara optimal sehingga belum bisa memberikan kemakmuran bagi masyarakat.

Padahal, kata Rohidin, nilai tukar pada perikanan tangkap lebih besar dibandingkan perikanan budidaya sehingga kekayaan laut Bengkulu yang melimpah ini harus dimanfaatkan sebaik-baiknya namun harus mengikuti aturan yang ada.

"Semua itu tentunya butuh sarana dan prasarana, juga dibutuhkan teknologi yang lebih baik dan lengkap Karena bagaimanapun juga posisi laut yang ada di Provinsi Bengkulu dengan ombak laut yang cukup tinggi," katanya.

Data Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bengkulu menyebutkan produksi tangkapan nelayan Bengkulu pada 2019 sebanyak 70,829 ton dengan nilai mencapai Rp2,6 miliar lebih, meningkat dari 2018 sebanyak 67,299 ton dengan nilai mencapai Rp2,4 miliar lebih.

Sedangkan untuk hasil produksi ikan budi daya air tawar di Bengkulu pada 2020 mengalami kemerosotan dibanding tahun sebelumnya.

Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Bengkulu mencatat produksi ikan budi daya air tawar di Bengkulu pada 2019 mencapai 122,79 ton sedangkan hingga September 2020 jumlahnya hanya mencapai sekitar empat ton lebih.


 

Pewarta: Carminanda

Editor : Musriadi


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2021