Sejumlah petani kopi di Kabupaten Lampung Barat mengeluhkan harga biji kopi yang berkisar Rp17.000 per kilogram, padahal harganya sebelum pandemi COVID-19 sempat mencapai Rp25.000/kg.

Salah satu petani kopi di Sekincau Lampung Barat, Tamhuri, saat dihubungi dari Mesuji, Senin mengatakan, ia bersama petani kopi lainnya memilih menunda panen kopi untuk sementara waktu, karena harga sekarang tak bisa memenuhi biaya produksi kopi.

"Dengan harga jual Rp15 ribu/kg, dan paling tinggi Rp17 ribu per kilogram, itu tidak sesuai karena ada beberapa biaya yang harus dikeluarkan mulai dari upah petik, dan juga upah angkut dari kebun," ucapnya.

Hal senada juga diungkapkan salah satu pengusaha kopi Liwa, Pandi bahwa anjloknya harga kopi merupakan dampak pandemi COVID-19, karena permintaan komoditas itu di pasaran turun drastis, sehingga berpengaruh pada harga jual di tingkat petani.

"Kalau sebelumnya saya biasa beli kopi asalan dari petani itu diharga Rp15 ribu per kilogram dan kalau kopi premium Rp17 ribu per kilogram, sekarang harganya di bawah itu karena permintaan kopi sedikit," katanya.

Ia berharap pemerintah daerah memberi perhatian agar harga biji kopi bisa naik.

Lampung merupakan pemasok kopi robusta di Indonesia dengan rata-rata produksi mencapai 100.000 - 120.000 ton per tahun dengan luas areal kopi mencapai 163.837 hektare.

Kopi merupakan salah satu komoditas andalan dari Lampung untuk diekspor. Rata-rata Lampung mampu berkontribusi 24,19 persen dari produktivitas kopi nasional.

Provinsi Lampung mencatat kontribusi ekspor kopi Lampung secara nasional pada periode Januari hingga September 2020 sebesar 2,09 miliar dolar AS.

Lampung hasilkan biji kopi jenis robusta yang umumnya berasal dari Waykanan, Lampung Barat, Tanggamus, dan Lampung Tengah.
 

Pewarta: Hisar Sitanggang

Editor : Helti Marini S


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2021