Yogyakarta (Antara) - Bulan suci Ramadhan merupakan momentum bagi umat Islam untuk melakukan introspeksi diri sehingga ke depan dapat menjadi manusia yang lebih baik, kata Rektor Universitas Islam Indonesia Yogyakarta Edy Suandi Hamid.
"Umat Islam hendaknya memanfaatkan bulan Ramadhan yang penuh berkah dan maghfiroh dengan mengisinya tidak hanya dalam ibadah mahdhoh, tetapi juga ibadah ghoiru mahdhoh," katanya terkait hikmah Ramadhan, di Yogyakarta, Selasa.
Menurut dia, bulan Ramadhan bagi umat Islam merupakan bulan yang sangat dinantikan, sebagai bulan yang penuh berkah, maghfiroh, dan petunjuk untuk memperoleh segala ampunan dari-Nya.
"Pada bulan Ramadhan, Allah SWT juga menjanjikan adanya malam Laitul Qodar, yang digambarkan sebagai malam lebih baik dari seribu bulan," katanya.
Ia mengatakan, adanya perbedaan penentuan awal Ramadhan hendaknya tidak dijadikan persoalan, karena hal itu bukan hanya saat ini terjadi. Perbedaan awal Ramadhan juga tidak hanya terjadi di Indonesia, tetapi juga terjadi di negara lain.
"Adanya pendekatan yang berbeda dalam menentukan awal Ramadhan, misalnya dengan metode hisab dan rukyat, keduanya memiliki dasar," katanya.
Menurut dia, perbedaan penentuan awal Ramadhan jangan dibesar-besarkan, jangan dijadikan perselisihan, karena masing-masing pihak memiliki dasar argumentasi. Dengan kata lain manusia hanya bisa berikhtiar, kebenaran yang hakiki hanya milik Allah SWT.
Umat Islam, kata dia, harus saling menghargai dan memiliki toleransi terhadap perbedaan dengan mengedepankan kebersamaan, karena saling mencela terhadap perbedaan merupakan sebuah bencana.
"Di Indonesia, sikap saling menghargai sangat luar biasa terjaga. Adanya toleransi terlihat bagaimana negara ini memberi kesempatan bagi setiap pemeluk agama dalam merayakan hari raya agamanya, tidak hanya Islam tetapi juga hari raya pemeluk agama lain," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2013
"Umat Islam hendaknya memanfaatkan bulan Ramadhan yang penuh berkah dan maghfiroh dengan mengisinya tidak hanya dalam ibadah mahdhoh, tetapi juga ibadah ghoiru mahdhoh," katanya terkait hikmah Ramadhan, di Yogyakarta, Selasa.
Menurut dia, bulan Ramadhan bagi umat Islam merupakan bulan yang sangat dinantikan, sebagai bulan yang penuh berkah, maghfiroh, dan petunjuk untuk memperoleh segala ampunan dari-Nya.
"Pada bulan Ramadhan, Allah SWT juga menjanjikan adanya malam Laitul Qodar, yang digambarkan sebagai malam lebih baik dari seribu bulan," katanya.
Ia mengatakan, adanya perbedaan penentuan awal Ramadhan hendaknya tidak dijadikan persoalan, karena hal itu bukan hanya saat ini terjadi. Perbedaan awal Ramadhan juga tidak hanya terjadi di Indonesia, tetapi juga terjadi di negara lain.
"Adanya pendekatan yang berbeda dalam menentukan awal Ramadhan, misalnya dengan metode hisab dan rukyat, keduanya memiliki dasar," katanya.
Menurut dia, perbedaan penentuan awal Ramadhan jangan dibesar-besarkan, jangan dijadikan perselisihan, karena masing-masing pihak memiliki dasar argumentasi. Dengan kata lain manusia hanya bisa berikhtiar, kebenaran yang hakiki hanya milik Allah SWT.
Umat Islam, kata dia, harus saling menghargai dan memiliki toleransi terhadap perbedaan dengan mengedepankan kebersamaan, karena saling mencela terhadap perbedaan merupakan sebuah bencana.
"Di Indonesia, sikap saling menghargai sangat luar biasa terjaga. Adanya toleransi terlihat bagaimana negara ini memberi kesempatan bagi setiap pemeluk agama dalam merayakan hari raya agamanya, tidak hanya Islam tetapi juga hari raya pemeluk agama lain," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2013