Duka cita kembali melanda Tanah Air, kali ini bencana banjir bandang dan angin kencang menghantam gugusan pulau di timur Indonesia.

Sejak Sabtu (3/4) cuaca di beberapa wilayah di Nusa Tenggara Timur (NTT) tidak bersahabat dampak adanya bibit siklon yang tumbuh menjadi siklon tropis Seroja pada Senin (5/4) dinihari.

Hujan lebat, angin kencang, gelombang tinggi, banjir bandang menerpa bersamaan, menimbulkan kerusakan bahkan korban jiwa. Tercatat 44 orang meninggal dunia dan 24 lainnya masih dinyatakan hilang di Kabupaten Flores Timur.

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat akibat banjir bandang dampak siklon tropis Seroja,sembilan desa yang tersebar di empat kecamatan di Flores Timur terdampak.

Kedelapan desa tersebut yaitu Desa dan Nelemawangi (Kecamatan Ile Boleng), Desa Waiburak dan Kelurahan Waiwerang (Adonara Timur), Desa Oyang Barang dan Pandai (Wotan Ulu Mado), dan Desa Duwanur, Waiwadan dan Daniboa (Adonara Barat).

Sementara juga terdata sebanyak 256 jiwa warga mengungsi di Balai Desa Nelemawangi dan sejumlah warga lainnya mengungsi di Balai Desa Nelelamadike.

Selain di Flores Timur, banjir bandang juga melanda Kabupaten Sumbawa Timur. Hujan dengan intensitas tinggi sejak Minggu (4/4) menyebabkan empat kecamatan yaitu Kecamatan Kambera, Pandawai, Karera dan Wulawujelu terdampak banjir akibat meluapnya sungai di wilayah tersebut.

Berdasarkan informasi BPBD Kabupaten Sumba Timur sebanyak 54 KK atau 165 jiwa mengungsi, sedangkan 109 KK atau 475 KK terdampak banjir.

Korban jiwa juga tercatat di Kabupaten Lembata, yaitu sebanyak 11 orang meninggal dunia dan 16 lainnya hilang. Banjir bandang tersebut terjadi pada Minggu (4/4), pukul 19.00 waktu setempat.

Banjir melanda dua kecamatan di Lembata yaitu Kecamatan Ile Ape dan Ile Ape Timur. Desa-desa terpapar di dua kecamatan ini antara lain Desa Waowala, Tanjung Batu, Amakala, Jontona, Lamawolo dan Waimatan.

Kupang juga tidak lepas dari dampak siklon Seroja. Angin kencang, longsor, banjir rob dan gelombang pasang melanda ibukota Provinsi NTT itu. Sebanyak 743 KK atau 2.190 warga Kupang terdampak. Selain itu, 10 rumah warga mengalami rusak sedang dan 15 titik akses jalan tertutup pohon tumbang.

Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Raditya Jati menyebutkan bencana juga dilaporkan terjadi di Kabupaten Malaka Tengah dan Ngada berupa angin kencang yang melanda dua kecamatan di Kabupaten Ngada.

Desa terdampak yaitu di Kelurahan Kisantara, Lebijaga, Bajawa, Tanalodu (Kecamatan Bajawa) dan Kelurahan (Riung) menyebabkan enam KK terdampak dan satu luka berat. Sedangkan kerugian berupa rumah rusak sedang dua unit dan rusak berat empat unit, gedung pengadilan rusak sedang satu unit, kapal tenggelam satu unit dan enam titik ruas jalan tertutup pohon tumbang.



Siklon Seroja

Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) sejak Jumat,2 April lalu telah mendeteksi adanya bibit siklon tropis di wilayah NTT. Bibit siklon tersebut berkembang menjadi siklon tropis yang dinamakan SerojaSeroja pada Senin (5/4) dinihari pukul 01.00 WIB.

Kepala BMKG Dwikorita Karnawati mengatakan posisi sistem siklon tersebut akan berada di sekitar Samudra Hindia Barat Daya Pulau Rote, dengan arah gerak sistem ke arah barat daya.

Analisis BMKG juga memprakirakan siklon Seroja akan menguat pada 24 jam ke depan dengan kekuatan 55 knot (100 km/jam) dan kecepatan 10 knot (19 km/jam) bergerak ke arah barat saya menjauhi wilayah Indonesia.

Deputi Bidang Meteorologi BMKG Guswanto mengatakan, berdasarkan analisis BMKG, prediksi 24 jam ke depan (6/4) pukul 01.00 WIB siklon tropis Seroja berada pada posisi di Samudra Hindia sebelah barat daya Pulau Rote, 11.6 Lintang Selatan, 120.0 Bujur Timur atau sekitar 360 km sebelah barat barat daya Rote.

Dengan semakin menguatnya siklon tersebut memberikan dampak terhadap cuaca di Indonesia berupa potensi hujan dengan intensitas sedang hingga sangat lebat disertai kilat atau petir serta angin kencang di wilayah Nusa Tenggara Timur.

Serta potensi hujan dengan intensitas sedang hingga lebat disertai kilat/petir serta angin kencang di wilayah Nusa Tenggara Barat, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, dan Maluku.

Dampak lain berupa gelombang dengan ketinggian ekstrem hingga lebih dari enam meter juga berpeluang terjadi di Samudra Hindia Selatan NTT serta sejumlah perairan lainnya dengan ketinggian gelombang bervariasi.

Gerak cepat dilakukan pemerintah untuk penanganan dan menyalurkan bantuan bagi para korban, Kepala BNPB Doni Monardo langsung terbang meninjau lokasi bencana, meski terhalang cuaca buruk dan terpaksa melintasi jalur darat dari Maumere.

Sejumlah pejabat negara seperti Menteri Sosial Tri Rismaharini juga dijadwalkan akan segera merapat guna memastikan kebutuhan dasar penyintas terpenuhi.

Kemensos menyalurkan bantuan senilai Rp2, 6 miliar untuk logistik dan santunan kematian bagi ahli waris korban meninggal dunia di Flores Timur dan Lembata.

Akses yang sulit karena bentang alam berupa kepulauan mau tidak mau harus dilalui dengan transportasi laut atau udara sementara cuaca buruk menghadang di depan mata.

Tapi itu semua bukan alasan untuk tidak mengulurkan tangan membantu warga terdampak di wilkayah kepulauan NTT itu, agar mereka tidak pasrah hanya menunggu tanpa kepastian dan berharap "Nanti Tuhan Tolong," seperti kalimat yang sering diplesetkan untuk kepanjangan propinsi kepulauan itu.


 

Pewarta: Desi Purnamawati

Editor : Helti Marini S


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2021