Jambi (ANTARA Bengkulu) - Budayawan Jambi Iskandar Zakaria mengkritisi desain Museum Kerinci yang diusulkan Pemerintah Kabupaten Kerinci karena tidak sesuai dengan karakter budaya daerah itu.

"Saya dari awal sudah mengkritisi dan menolak dengan tegas berbagai bentuk desain rancangan Museum Kerinci yang diusulkan pemkab melalui Dinas Pemuda, Olahraga, Kebudayaan, dan Pariwisata," kata Iskandar yang berasal dari Kerinci itu di Jambi, Senin.

Ia mengatakan dua kali usulan rancangan yang diajukan panitia dari Disporabudpar Kerinci, keduanya sama sekali tidak mencerminkan karakteristik kebudayaan Kerinci yang khas, khususnya dari segi arsitektur.

"Di Kerinci ini sendiri sedari dulu sudah memiliki bentuk arsitektur yang diakui para arsitek, memiliki kekhasan bentuk dan kualitas bangunan yang telah sedari dulu digunakan masyarakat, yakni arsitektur 'Umah Laheik'," katanya.

"Umah Laheik", katanya, adalah rumah rakyat yang dibangun memanjang, sambung-menyambung lurus membentuk larik di dalam kampung yang bangunan rumahnya mirip gerbong kereta api namun dengan model atap yang khas.

"Rumah khas masyarakat Kerinci ini bahkan sedari dulu telah diakui para arsitek penjajah Belanda dan Jepang memiliki kualitas kekuatan yang luar biasa berupa ketahanan terhadap gempa, meskipun rumah ini hanyalah rumah panggung kayu yang bangunannya sama sekali tidak memilki paku melainkan sistem pasak dan ikat," katanya.

Semestinya, kata Iskandar, Pemkab Kerinci mengadopsi bangunan itu menjadi gedung museum yang akan dibangun di Desa Sanggaran Agung, Kecamatan Danau Kerinci. Tempat itu merupakan cikal bakal kota di Kerinci semenjak zaman dahulu.

"Pada dua usulan sebelumnya, desain yang diajukan justru sama sekali tidak identik Kerinci, pada desain pertama terlihat bangunan museum itu seperti bangunan kolonial Belanda, lalu pada desain yang kedua mengadopsi bentuk Masjid Agung Pondok Tinggi yang merupakan salah satu bangunan masjid tertua di Indonesia justru terlihat menggambarkan wujud Masjid Demak," katanya.

Oleh karena itu, dirinya dengan tegas menolak usulan bangunan tersebut. Hingga saat ini, panitia kembali harus menyiapkan rancangan atau desain baru yang melibatkan kalangan budayawan dan tokoh adat masyarakat setempat.

Pembangunan Museum Kerinci, salah satu program permuseuman nasional yang anggarannya oleh pemerintah pusat melalui APBN dan oleh pemerintah provinsi serta Pemkab Kerinci dan Kota Sungaipenuh, yang pembangunannya direncanakan mulai 2014.

Iskandar Zakaria selaku budayawan dan petugas perwakilan BP3 di Kerinci adalah seorang tokoh yang sekitar 20 tahun terakhir mengumpulkan berbagai benda budaya Kerinci dengan membangun museum mini di rumahnya di Kota Sungaipenuh.

Berbagai koleksi Iskandar itu, selanjutnya menjadi materi pertama yang akan disimpan di Museum Kerinci. (Antara)

Pewarta: Oleh Bangun Santoso

Editor : Helti Marini S


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2013