Jakarta (Antara) - Investor asal Malaysia dan China yang tergabung dalam Amarak Group menyatakan siap membantu petani Indonesia dalam meningkatkan produktivitas tanaman padi dan kedelai.
"Kami siap membantu petani Indonesia dengan mentransfer dana serta teknologi untuk memaksimalkan produktivitas petani Indonesia," kata Direktur PT Ratu Indah Mandiri (anak perusahaan Amarak Group di Indonesia) Mohammad Helmy Bujang, dalam acara penandatanganan kerja sama Optimization of Agricultural Cultivation for 50.000 - 1.000.000 Hectares Area in Indonesia, di Jakarta, Minggu malam.
Dalam kerja sama tersebut, investor asal Malaysia-China menggandeng perusahaan agribisnis lokal PT Tri Indah Mandiri untuk meningkatkan produktivitas petani lokal di lahan seluas 1.000.000 hektar dalam masa waktu tidak terbatas.
Helmy mengatakan petani perlu mendapatkan pengetahuan, bahkan sertifikat, agar bisa menghasilkan produktivitas tani yang tinggi. Maka itu dalam investasi tersebut pihaknya akan memberikan transfer ilmu pengetahuan pertanian kepada petani, termasuk juga dalam mengembangkan produk turunan dari padi dan kedelai.
"Mungkin orang-orang bertanya keuntungan apa yang akan kami terima dari investasi ini. Jawabnya adalah kami dapat mengembangkan industri turunan dari hasil produksi padi dan kedelai," ujar Helmy.
Direktur Utama PT Tri Megah Mandiri, Made Suardika Dwipayana mengatakan program kerja sama tersebut mirip dengan pengembangan petani nasional oleh perusahaan BUMN.
"Program kerja sama ini memang persis sama dengan pengembangan lahan pertanian milik petani yang dilakukan perusahaan BUMN selama ini. Bedanya yakni kami juga akan mengembangkan produk turunan misalnya mengolah limbah kedelai yakni bekatul untuk menghasilkan minyak dan bisa dibuat roti," kata Made dalam kesempatan yang sama.
Dia mengatakan nantinya akan ada sistem bagi hasil dengan para petani lokal dalam kerja sama tersebut, sehingga petani lokal akan diuntungkan.
Menurut dia, proyek tersebut menargetkan dapat mengolah 1.000.000 hektar lahan milik petani di Indonesia dalam waktu yang tidak terbatas. Sebagai tahap awal proyek itu akan mengolah 100.000 hektar lahan petani pada tahun ini.
"Total investasi teknologi dalam kerja sama ini setara Rp5 miliar yang akan dilakukan secara bertahap. Untuk penyediaan benih dan pupuk bagi pertaniannya nanti akan menggunakan produksi lokal," ujar dia.
Dia mengatakan untuk tahap awal pihaknya akan mencoba merangkul petani padi dan kedelai di wilayah Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur. Hasil produksi padi dan kedelai dalam proyek itu akan diprioritaskan untuk penjualan di dalam negeri terlebih dulu.
"Kita targetkan produksi petani bisa mencapai 10 ton per hektar untuk padi. Nanti produksinya prioritas di dalam negeri dulu, sisanya baru kita ekspor," ujarnya.
Dalam penandatanganan tersebut turut hadir Menteri BUMN Dahlan Iskan.
Dahlan mengatakan sejauh ini perusahaan BUMN telah mengelola 2,6 juta hektar lahan petani di Indonesia dengan sistem bagi hasil. Secara keseluruhan menurut Dahlan potensi lahan tani di Indonesia mencapai 60 juta hektar.
"Makanya untuk bisa mengembangkan 60 juta hektar lahan pertanian itu butuh kerja 'keroyokan', tidak bisa BUMN bergerak sendiri," katanya.
Dahlan mengakui kerja sama swasta dengan investor asing merupakan proyek kompetitor bagi perusahaan BUMN, namun di sisi lain kerja sama semacam itu dibutuhkan untuk dapat meningkatkan produktivitas pertanian nasional.
"BUMN tidak akan ikut masuk dalam kerja sama ini, BUMN tetap mengembangkan lahan pertanian yang selama ini telah berjalan. Namun kerja sama ini tetap dapat menjadi ladang bisnis bagi perusahaan BUMN misalnya bagi penyediaan pupuk dan benih," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2013
"Kami siap membantu petani Indonesia dengan mentransfer dana serta teknologi untuk memaksimalkan produktivitas petani Indonesia," kata Direktur PT Ratu Indah Mandiri (anak perusahaan Amarak Group di Indonesia) Mohammad Helmy Bujang, dalam acara penandatanganan kerja sama Optimization of Agricultural Cultivation for 50.000 - 1.000.000 Hectares Area in Indonesia, di Jakarta, Minggu malam.
Dalam kerja sama tersebut, investor asal Malaysia-China menggandeng perusahaan agribisnis lokal PT Tri Indah Mandiri untuk meningkatkan produktivitas petani lokal di lahan seluas 1.000.000 hektar dalam masa waktu tidak terbatas.
Helmy mengatakan petani perlu mendapatkan pengetahuan, bahkan sertifikat, agar bisa menghasilkan produktivitas tani yang tinggi. Maka itu dalam investasi tersebut pihaknya akan memberikan transfer ilmu pengetahuan pertanian kepada petani, termasuk juga dalam mengembangkan produk turunan dari padi dan kedelai.
"Mungkin orang-orang bertanya keuntungan apa yang akan kami terima dari investasi ini. Jawabnya adalah kami dapat mengembangkan industri turunan dari hasil produksi padi dan kedelai," ujar Helmy.
Direktur Utama PT Tri Megah Mandiri, Made Suardika Dwipayana mengatakan program kerja sama tersebut mirip dengan pengembangan petani nasional oleh perusahaan BUMN.
"Program kerja sama ini memang persis sama dengan pengembangan lahan pertanian milik petani yang dilakukan perusahaan BUMN selama ini. Bedanya yakni kami juga akan mengembangkan produk turunan misalnya mengolah limbah kedelai yakni bekatul untuk menghasilkan minyak dan bisa dibuat roti," kata Made dalam kesempatan yang sama.
Dia mengatakan nantinya akan ada sistem bagi hasil dengan para petani lokal dalam kerja sama tersebut, sehingga petani lokal akan diuntungkan.
Menurut dia, proyek tersebut menargetkan dapat mengolah 1.000.000 hektar lahan milik petani di Indonesia dalam waktu yang tidak terbatas. Sebagai tahap awal proyek itu akan mengolah 100.000 hektar lahan petani pada tahun ini.
"Total investasi teknologi dalam kerja sama ini setara Rp5 miliar yang akan dilakukan secara bertahap. Untuk penyediaan benih dan pupuk bagi pertaniannya nanti akan menggunakan produksi lokal," ujar dia.
Dia mengatakan untuk tahap awal pihaknya akan mencoba merangkul petani padi dan kedelai di wilayah Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur. Hasil produksi padi dan kedelai dalam proyek itu akan diprioritaskan untuk penjualan di dalam negeri terlebih dulu.
"Kita targetkan produksi petani bisa mencapai 10 ton per hektar untuk padi. Nanti produksinya prioritas di dalam negeri dulu, sisanya baru kita ekspor," ujarnya.
Dalam penandatanganan tersebut turut hadir Menteri BUMN Dahlan Iskan.
Dahlan mengatakan sejauh ini perusahaan BUMN telah mengelola 2,6 juta hektar lahan petani di Indonesia dengan sistem bagi hasil. Secara keseluruhan menurut Dahlan potensi lahan tani di Indonesia mencapai 60 juta hektar.
"Makanya untuk bisa mengembangkan 60 juta hektar lahan pertanian itu butuh kerja 'keroyokan', tidak bisa BUMN bergerak sendiri," katanya.
Dahlan mengakui kerja sama swasta dengan investor asing merupakan proyek kompetitor bagi perusahaan BUMN, namun di sisi lain kerja sama semacam itu dibutuhkan untuk dapat meningkatkan produktivitas pertanian nasional.
"BUMN tidak akan ikut masuk dalam kerja sama ini, BUMN tetap mengembangkan lahan pertanian yang selama ini telah berjalan. Namun kerja sama ini tetap dapat menjadi ladang bisnis bagi perusahaan BUMN misalnya bagi penyediaan pupuk dan benih," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2013