Lahat,    (Antara) - Omset penjualan kera putih (simpai) di jalan lintas Sumatera (Jalinsum) wilayah Kabupaten Lahat, Sumatera Selatan meningkat memasuki dan setelah lebaran Idul Fitri 1434 Hijriyah.

        "Perdagangan simpai menjelang lebaran hingga H+3 ini terjual rata-rata 10 ekor per hari," kata seorang pedagang simpai Haris (35) di Jalinsum Lahat-Tebingtinggi," Minggu.

        Ia mengatakan, simpai itu didapat dari hasil pemburuan di hutan wilayah itu yang diambil rata-rata berusia satu bulan dan dijual Rp200 ribu per ekor.

        Ada juga simpai berumur dua bulan namun harganya lebih murah yaitu Rp150 ribu, namun pembeli rata-rata membeli usia muda dengan harapan bisa dipelihara dalam jangka panjang.

        Setiap hari menjelang lebaran terjual rata-rata di atas 20 ekor, sedangkan selama bulan Ramadhan hanya satu dua ekor karena peminatnya kurang.

        Penjualan simpai itu merupakan salah satu mata pencarian warga Desa Petikal Baru dan Desa Lubuk Tumpang, Kecamatan Kikim Timur yang setiap menjelang lebaran pemburuan hewan liar itu meningkat.

        "Kami menjual simpai untuk dijadikan para pemudik sebagai suvenir lebaran pulang kampung, bila hari-hari biasa penjualan itu tidak ada," katanya.

        Hasil penjualan simpai itu setiap hari dibagi rata dengan kelompok karena disepanjang jalinsum Lahat-Tebingtinggi ada beberapa titik lokasi penjualan hewan terancam langka itu.

        Koordinator Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi)  Kabupaten Musirawas Sapar yasa mengutuk keras penjualan kera putih (Simpai) itu karena hewan itu mestinya sudah dilindungi karena keberadaanya terancam punah.

        Ia mengakui, simpai memang belum masuk dalam daftar hewan langka yang dilindungi, namun keberadaaannya saat ini makin terjepit akibat kawasan hutan berkurang dibuat ladang dan perkebunan besar.

        Hewan itu, memang suka makan tanaman masyarakat seperti kacang-kacangan dan lainnya, namun akibat habitatnya sudah habis terpaksa memakan tanaman karena ladang pangannya sudah habis.

        Sama hal dengan keberadaan Harimau habitatnya sudah habis dan potensi makanannya berkurang, sehingga bila ketemu ternak masyarakat langsung disantapnya.

        "Kami mengimbau Balai Konservasi Sumber daya Alam (BKSDA) wilayah Sumsel untuk mengamankan hewan itu dari ancaman kepunahan," ujarnya.*

Pewarta: Oleh Zulkifli Lubis

Editor : Triono Subagyo


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2013