Surabaya (Antara Bengkulu) - Harga berbagai produk impor di pasar perdagangan Jawa Timur mengalami kenaikan sekitar 15 persen dibandingkan kondisi normal akibat pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS).

"Kenaikan tersebut karena semua transaksi ekspor impor di pasar internasional menggunakan dolar AS," ujar Ketua Gabungan Importir Nasional Seluruh Indonesia (GINSI) Jawa Timur, Bambang Sukadi di Surabaya, Kamis.

Saat ini, kata dia, kondisi itu mengakibatkan semua biaya dan komponen penunjang perdagangan meningkat terutama sejak penguatan dolar AS.

Salah satu dampaknya, importer mengalami kerugian yang diprediksi bisa mencapai triliunan rupiah dalam setiap nilai perdagangan dari produk yang dihasilkan.

 "Kerugian tersebut juga membuat kami tidak mudah saat memasarkan barang. Apalagi, konsumen cenderung menahan pembelian barang karena harga-harga naik," ucapnya.

Di sisi lain, peningkatan harga tidak hanya berlaku untuk satu item barang yang dikirim maupun yang didatangkan, akan tetapi bagi seluruh produk dan komoditas barang seperti bahan kertas pulp, bahan baku makanan ternak, dan buah.

"Bahkan, barang elektronik, industri garmen, tekstil, dan baja juga terkena imbas dari penguatan dolar AS. Apabila harga dan nilai tukar rupiah tidak kunjung membaik, kami khawatir kenaikan 15 persen bisa membengkak lagi," katanya.

Sementara itu, Ketua Ketua Gabungan Pengusaha Ekspor Indonesia (GPEI) Jatim, Isdarmawan Asrikan khawatir pelemahan rupiah yang meningkatkan biaya ekspor impor hingga 15 persen akan menghentikan kegiatan ekspor-impor di Indonesia.

"Saat ini belum ada jaminan kepastian moneter dan finansial terkait pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS. Padahal, setiap hari terdapat sekitar 3.200 kontainer yang beraktivitas di pelabuhan," katanya. (Antara)

Pewarta: Oleh Slamet Hidayat

Editor : Helti Marini S


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2013