Surabaya (Antara Bengkulu) - Mendikbud Mohammad Nuh meminta Universitas Brawijaya Malang untuk membenahi manajemen uang kuliah tunggal karena pelaksanaan UKT di kampus itu mendapat protes dari mahasiswa dan orang tua dari mahasiswa itu.

"Itu soal manajemen yang harus dibenahi karena uang kuliah tunggal (UKT) di universitas lain tidak ada masalah. Jadi, ada manajemen yang kurang pas," katanya di sela peresmian kampus ketiga Widya Mandala (WM) di Pakuwon City (Laguna) Surabaya, Sabtu.

Didampingi Uskup Surabaya Mgr Vincentius Sutikno Wisaksono dan Rektor WM Drs. Kuncoro Foe G. Dip.Sc, Ph.D., mantan Rektor ITS Surabaya itu menjelaskan bahwa tujuan pemberlakuan UKT itu sebenarnya untuk meringankan beban orang tua mahasiswa.

"Jadi, UKT itu bertujuan untuk meringankan karena itu kalau justru membebani orang tua mahasiswa berarti manajemennya yang perlu dibenahi. Kalau manajemennya bagus, tentu tidak ada masalah yang tidak bisa didiskusikan," katanya.

Namun, dia menyayangkan kalau ada mahasiswa yang protes UKT dengan siap menjual ginjal.

"Kalau begitu (menjual ginjal), ya, nggak benar, coba apa dia berani," katanya.

Sebelumnya (20/8), lima mahasiswa Universitas Brawijaya Malang berencana menjual ginjalnya untuk membayar sumbangan penyelenggaraan pendidikan (SPP) yang dinilai terlalu mahal, tidak terjangkau, dan dibayar sekaligus di awal semester untuk setahun.

"Pemberlakuan UKT bukannya meringankan beban orang tua, tetapi justru memberatkan. Apalagi, kebijakan rektorat terkait dengan keringanan dan penundaan pembayaran SPP juga telah dihapus," kata koordinator aksi protes pemberlakuan UKT, Nano.

Solusi yang ditawarkan pihak rektorat, kata mahasiswa FISIP semester lima itu adalah pinjam di BRI. Pinjam uang di bank justru akan menambah beban orang tua yang harus mengangsur pinjaman dengan bunga relatif tinggi.

"Jumlah SPP dan uang gedung serta biaya lainnya cukup besar, bahkan ada yang sampai mencapai Rp43 juta. Oleh karena itu, kami akan terus memperjuangkan agar mahasiswa bisa mendapatkan dispensasi penundaan pembayaran," tegasnya.

Sebelumnya, pihak rektorat UB juga mendapat protes dan keluhan dari orang tua mahasiswa yang diterima melalui jalur SNMPTN (undangan) dan SBMPTN (tes tulis) karena UKT yang telah ditetapkan harus dibayarkan dua semester sekaligus (satu tahun pertama).  (Antara)

Pewarta: Oleh Edy M. Ya'kub

Editor : Helti Marini S


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2013