Ternate (Antara) - Bank Indonesia (BI) Perwakilan Maluku Utara (Malut), menilai melemahnya rupiah terhadap dolar hingga mencapai di atas Rp11 ribu per dolar, sangat berdampak positif bagi petani di Malut.

"Kalau lemahnya nilai rupiah terhadap dolar jangan dilihat dari sisi negatifnya, karena akan menguntungkan para petani cengkeh, pala dan berbagai komoditas lainnya dengan tujuan untuk di ekspor ke luar negari," kata Kepala BI Perwakilan Malut, Budiyono di Ternate, Minggu.

Ia mengatakan, lemahnya rupiah tidak akan mempengaruhi aktivitas ekonomi masyarakat Malut, karena yang terasa akibat lemahnya rupiah ini bagi para konsumen yang akan membeli barang impor seperti kendaraan roda dua maupun roda empat, peralatan elektronik.

Pasalnya, barang-barang impor yang masuk di Maluku Utara sifatnya bukan masuk dalam kebutuhan primer, ini hanya pelengkap aktivitas masyarakat.

Sejauh ini, kata Budiyono, BI Perwakilan Malut menilai, sejauh ini, secara umum tidak ada masyarakat yang melakukan aksi borong dollar atau aksi  jual dolar di Ternate.

"Transaksi di Ternate itu relative sedikit baik secara tunai maupun non tunai, untuk kota Ternate, maupun berbagai daerah lainnya di Malut masih relative sedikit," ujarnya.

Sehingga, dampak dari melemahnya rupiah terhadap dollar, tentunya dampanya di Malut, khususnya Kota Ternate masih relatif kecil.

Sebelumnya BI Perwakilan Malut sendiri telah memantau pergerakan rupiah terhadap semua mata uang, tetapi untuk di provinsi Maluku Utara sendiri, jumlah transaksi valasnya relative sedikit sehingga tidak ada transaksi valas mata uang apapun baik itu dolar atau mata uang lainnya.

"BI sendiri tidak melakukan pemantauan transaksi valas, karena  transaksi valas relative minim jumlahnya, jadi kita tidak mencatat jumlah tersebut," katanya.

Pewarta:

Editor : Musriadi


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2013