Bengkulu (Antara Bengkulu) - Perajin tempe di Kota Bengkulu
mencampurkan kedelai dengan ampas kelapa, akibat tingginya harga kedelai
mencapai Rp9.500 setiap kilogramnya.
"Perajin terpaksa mencampurkan ampas kelapa karena dengan harga kedelai tinggi, produksi tempe nyaris terhenti," kata Ketua Koperasi Tahu Tempe Harapan Baru Kota Bengkulu Mas Agus Yunus di Kantor Gubernur Bengkulu, Jumat.
Ia mengatakan hal itu saat rapat dengar pendapat dengan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Bengkulu, Bulog Bengkulu, difasilitasi Asisten II Sekretaris Provinsi Bengkulu M Nasyah.
Para perajin yang diwakili Koperasi Tahu Tempe Harapan Baru meminta pemerintah daerah mengambil kebijakan untuk menurunkan harga kedelai di pasaran.
Dengan harga Rp9.500 per kilogram, perajin terancam bangkrut sehingga salah satu strategi adalah mencampur dengan ampas kelapa.
"Campur ampas kelapa saja belum mencukupi kebutuhan pedagang, setelah ukuran tempe juga dikecilkan, harga jual tetap," ungka dia.
Yunus mengatakan kebutuhan kedelai untuk perajin tahu dan tempe di Kota Bengkulu mencapai 200 ton per bulan.
Sedangkan untuk tingkat provinsi, kebutuhan mencapai 400 ton hingga 500 ton per bulan.
Saat ini harga di tingkat distributor mencapai Rp9.500 per kilogram, sedangkan harga normal yang sesuai dengan hitungan ekonomis pedagang sebesar Rp7.000 per kilogram.
Kepala Bidang Perdagangan Dalam Negeri Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Bengkulu Priono mengatakan harga kedelai sangat tergantung pada pasar.
"Kalau pembeli panik maka harga akan terus melonjak, jadi kami harapkan perajin tahu tempe tetap tenang," ucapnya.
Tentang tingginya harga kedelai di tingkat distributor, menurutnya akan dipantau tim terpadu untuk memastikan jenis kedelai yang dijual.
Jika jenis kedelai yang dijual adalah impor, maka sesuai Permendagri nomor 37 tahun 2013 tentang harga jual kedelai kepada perajin sebesar Rp7.700 per kilogram. (Antara)
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2013
"Perajin terpaksa mencampurkan ampas kelapa karena dengan harga kedelai tinggi, produksi tempe nyaris terhenti," kata Ketua Koperasi Tahu Tempe Harapan Baru Kota Bengkulu Mas Agus Yunus di Kantor Gubernur Bengkulu, Jumat.
Ia mengatakan hal itu saat rapat dengar pendapat dengan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Bengkulu, Bulog Bengkulu, difasilitasi Asisten II Sekretaris Provinsi Bengkulu M Nasyah.
Para perajin yang diwakili Koperasi Tahu Tempe Harapan Baru meminta pemerintah daerah mengambil kebijakan untuk menurunkan harga kedelai di pasaran.
Dengan harga Rp9.500 per kilogram, perajin terancam bangkrut sehingga salah satu strategi adalah mencampur dengan ampas kelapa.
"Campur ampas kelapa saja belum mencukupi kebutuhan pedagang, setelah ukuran tempe juga dikecilkan, harga jual tetap," ungka dia.
Yunus mengatakan kebutuhan kedelai untuk perajin tahu dan tempe di Kota Bengkulu mencapai 200 ton per bulan.
Sedangkan untuk tingkat provinsi, kebutuhan mencapai 400 ton hingga 500 ton per bulan.
Saat ini harga di tingkat distributor mencapai Rp9.500 per kilogram, sedangkan harga normal yang sesuai dengan hitungan ekonomis pedagang sebesar Rp7.000 per kilogram.
Kepala Bidang Perdagangan Dalam Negeri Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Bengkulu Priono mengatakan harga kedelai sangat tergantung pada pasar.
"Kalau pembeli panik maka harga akan terus melonjak, jadi kami harapkan perajin tahu tempe tetap tenang," ucapnya.
Tentang tingginya harga kedelai di tingkat distributor, menurutnya akan dipantau tim terpadu untuk memastikan jenis kedelai yang dijual.
Jika jenis kedelai yang dijual adalah impor, maka sesuai Permendagri nomor 37 tahun 2013 tentang harga jual kedelai kepada perajin sebesar Rp7.700 per kilogram. (Antara)
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2013