Bengkulu (Antara Bengkulu) - Komunitas Mangrove Bengkulu menanam 300 batang bibit bakau di muara anak Sungai Pondokbesi dan muara anak Sungai Tapakpaderi Kota Bengkulu, Selasa.

"Kami mencoba menciptakan kembali ekosistem mangrove di dua muara anak sungai ini," kata Koordinator Komunitas Mangrove Bengkulu Riki Rahman di sela-sela penanaman mangrove di muara anak Sungai Pondokbesi, Selasa.

Ia mengatakan saat ini kondisi muara anak sungai itu menjadi saluran pembuangan limbah rumah tangga.

Limbah rumah tangga, kata dia, menjadi gangguan utama untuk merestorasi kawasan itu.

"Karena sampah-sampah dari permukiman bisa merusak tanaman muda, tapi kalau sudah tumbuh dan akarnya kuat tidak masalah," katanya.

Ada dua jenis mangrove yang dirilis di dua muara anak sungai itu yakni jenis Rhizophora apiculata dan Brugueira Sp.

Bibit mangrove tersebut diambil oleh anggota komunitas dari kawasan mangrove Pulau Baai.

Rahman mengatakan kondisi ekositem mangrove di Provinsi Bengkulu semakin memburuk yang diakibatkan aktivitas manusia.

Pembalakan liar dan alih fungsi kawasan mangrove menjadi permukiman, perkebunan hingga tambak ikan masih terus terjadi.

"Ekosistem mangrove yang masih tergolong baik hanya dapat ditemukan di Kota Bengkulu yakni di TWA Pantai Panjang, itu pun rawan alih fungsi," katanya.

Padahal, salah satu fungsi hutan bakau atau mangrove adalah untuk melindungi garis pantai dari abrasi atau pengikisan, serta meredam gelombang besar termasuk tsunami.

Di Jepang, salah satu upaya mengurangi dampak ancaman tsunami adalah dengan memasang "Green Belt" atau sabuk hijau hutan mangrove atau hutan bakau.

"Pesisir Bengkulu sepanjang 525 kilometer juga rawan tsunami jadi seharusnya pelestarian mangrove menjadi agenda penting," katanya. (Antara)

Pewarta:

Editor : Helti Marini S


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2013