Medan (Antara)- Permintaan keripik buah-buahan Sumut dari beberapa negara termasuk China cukup tinggi sehingga perajin di daerah itu semakin bersemangat meningkatkan produksi dan kualitas.

"Permintaan impor banyak berdatangan dari berbagai negara, tetapi perajin Sumut sebagian besar masih ragu menerima kontrak ekspor karena terkendala menjaga stabilitas produksi," kata Kasmawaty, produsen berbagai jenis keripik buah di Medan, Senin.

Kestabilan produksi itu sulit dijamin karena pengusaha masih kesulitan mengembangkan produksi akibat dampak terbatasnya permodalan.

"Mudah-mudahan produksi bisa ditingkatkan, apalagi usaha kami sudah mendapat bantuan dari Palapa Nusantara Berdikari, lembaga pembiayaan yang dibentuk Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia," katanya.

Dengan adanya pinjaman untuk modal kerja itu, maka produksi keripik buah-buahannya mulai nenas, nangka hingga durian diharapkan bisa meningkat dari dewasa ini yang masih sebanyak 500 bungkus per hari.

Kasmawaty menyebutkan, kapasitas mesin usahanya bisa mencapai  sekitar 3.000 bungkus per hari.

"Kalau produksi banyak dan stabil, manajemen berani melakukan kontrak dagang dengan importir," katanya.

Wakil Ketua Kadin Sumut, Ichsan Taufik, mengakui, sebagian besar UKM di Sumut terbentur pada ketidakmampuan menjaga stabilitas produksi akibat keterbatasan modal.

Padahal, kata dia, jaminan produksi yang stabil memang dibutuhkan untuk perdagangan ekspor-impor.

"Oleh karena itu pula, maka Kadin terus mendorong agar Pemerintah menaruh perhatian besar pada bantuan permodalan UKM dan Kadin sendiri juga berupaya ikut membantu seperti yang sudah dilakukan Kadin Pusat mellaui Palapa Nusantara Berikari," katanya.

Pewarta:

Editor : Musriadi


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2013