Fenomena meniru gaya figur-figur kebanyakan artis di zaman modern saat ini menjadi sebuah potret di kalangan usia remaja.

Pola hidup, tata cara pergaulan dan gaya berbusana para figur yang setiap hari ditayangkan melalui media televisi sudah tidak lagi menghormati nilai-nilai ajaran Islam dan budaya bangsa Indonesia yang memiliki penduduk muslim terbanyak di dunia.

Bangsa Indonesia juga merupakan salah satu bangsa keturunan Melayu di kawasan Asia Tenggara, yang dikenal memegang teguh nilai-nilai budaya leluhur mereka.

Salah satu nilai budaya Melayu di Indonesia yang masih terpelihara adalah tradisi memperingati Maulud Nabi Muhammad SAW atau kelahiran Rasulullah. Tradisi tersebut diadakan hampir di seluruh wilayah Indonesia, setiap bulan Rabi'ul Awal tahun kalender Islam

Peringatan bulan kelahiran utusan Allah SWT, tersebut dilaksanakan oleh umat muslim dengan berbagai cara, sesuai dengan warisan budaya leluhur mereka.

Salah satu tradisi terkait peringatan bulan kelahiran Nabi Muhammad SAW yang sekarang dikembangkan oleh Pemerintah Kota Mataram adalah Festival Maulid ala Dasan Agung.

Festival itu digelar pada Minggu (4/3). Kegiatan yang memiliki nilai-nilai agama Islam itu, diikuti oleh seribu warga dari 17 lingkungan yang ada di Kelurahan Dasan Agung dan Dasan Agung Baru, Kecamatan Selaparang, Kota Mataram. Sebagian besar dari mereka adalah para remaja yang menggunakan busana muslim dan busana adat Sasak (nama suku di Pulau Lombok).

Tidak ketinggalan, para tokoh agama dan masyarakat yang mengenakan jubah berwarna putih layaknya para wali penyebar agama Islam juga ikut meramaikan "Festival Maulid" ala Dasan Agung tersebut.

Para peserta festival berjalan kaki mengelilingi kelurahan Dasan Agung sambil mengumandangkan shalawat pada Rasullullah SAW yang merupakan tauladan bagi umat muslim se dunia.

Berbagai seni dan budaya bernuansa religius warisan nenek moyang penduduk dari dua kelurahan itu ditampilkan, seperti kelompok khatam Al-Quran, kelompok pembaca Kitab Al Barzanzi  yang berisi riwayat perjalanan hidup Nabi Muhammad SAW.

Kesenian lain bernuansa Islam yang ikut memeriahkan adalah kesenian rudat. Para siswa sekolah dasar yang menjadi pemain seni warisan leluhur warga Pulau Lombok itu tampak mahir memperagakan seni bela diri pencak silat di hadapan Wali Kota Mataram H Ahyar Abduh.

Secara etimologis, istilah Rudat belum ditemukan secara jelas, namun menurut Ramiun, budayawan sekaligus pemilik Sanggar Rudat  istilah ini bisa dicari dari bahasa Arab Rudatun yang artinya taman bunga. Dalam hal ini berarti bunganya pencak.

Menurut dia Rudat adalah salah satu jenis kesenian yang di dalamnya terdapat bentuk tarian yang diiringi oleh musik terbangan dimana unsur tarinya banyak unsur agama, seni bela diri dan seni suaranya.

Syair-syair yang terkandung dalam nyanyiannya bernafaskan keagamaan yaitu puji-puji yang mengagungkan Allah, shalawat pada Rasul dengan tujuan utama untuk lebih menebalkan iman masyarakat terhadap agama Islam dan kebesaran Allah SWT.      

Di belakang parade tokoh agama dan kesenian rudat, parade pembawa "Dulang penamat" yang sebagian besar kaum perempuan berbaris dengan rapi.

"Dulang penamat" adalah hidangan yang diisi dengan berbagai jenis buah-buahan seperti pisang, pepaya, rambutan, jeruk, salak, dan ditutup dengan jajanan tradisional seperti renggi dan angin-angin yang terbuat dari beras ketan.

Sesajian itu kemudian disuguhkan kepada Wali Kota Mataram dan para tokoh agama yang sebelum acara pelepasan peserta Festival Maulid melakukan "Selakaran" atau pembacaan riwayat perjalanan hidup Rasullulah SAW yang dirangkaikan dengan cukur rambut bayi.

Beras Kuning
Pembukaan Festival Maulid tersebut ditandai dengan pelemparan beras kuning dan "kepeng selawat" atau uang logam kepada peserta dan warga Kota Mataram yang menonton. Beras kuning dan "Kepeng selawat" yang dilemparkan oleh wali kota sebagai simbol menolak bala.

Wali Kota Mataram H Ahyar Abduh mengatakan, Festival Maulid ala Dasan Agung itu bertujuan untuk mengajak masyarakat, terutama kaum muda untuk mengkaji, menghayati dan mengamalkan ajaran yang sudah diwariskan oleh Rasulullah SAW.

"Tidak ada yang patut diteladani selain Rasulullah. Namun, di zaman modern ini, sepertinya masyarakat terutama dari kalangan muslim lebih memfigurkan sosok bintang film daripada memfigurkan sosok Nabi Muhammad SAW," katanya.  

Oleh sebab itu, melalui Festival Maulid, Ahyar mengajak warga Kota Mataram untuk meningkatkan amalan kepada Allah SWT dengan meneladani ajaran Nabi Muhammad SAW.

Wali Kota Mataram yang pernah mengenyam pendidikan di Pondok Pesantren Nahdlatul Wathan (NW) Pancor, Kabupaten Lombok Timur, mengatakan, kegiatan bernuansa religius itu merupakan kegiatan yang pertama dan satu-satunya di NTB yang akan dilestarikan sebagai budaya, karena sesuai dengan motto Kota Mataram maju, religius dan berbudaya.

Festival Maulid tersebut akan terus diselenggarakan di Kelurahan Dasan Agung, Kecamatan Selaparang, dan akan di dikembangkan di kelurahan lain di Kota Mataram.

"Kegitan ini akan menjadi even tahunan di Kota Mataram, sehingga nantinya dapat mengundang wisatawan berkunjung ke daerah itu," katanya.

Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Mataram IB Jayanta, mengatakan, setelah even ini menjadi kegiatan tahunan, pihaknya akan bekerjasama dengan perusahaan travel untuk mendatangkan wisatawan mancanegara, terutama dari negara-negara di kawasan Timur Tengah.

Festival Maulid merupakan embrio awal untuk mengangkat adat istiadat masyarakat Kota Mataram yang mayoritas muslim, disamping sebagai salah satu implementasi menjadikan Kelurahan Dasan Agung sebagai kawasan pengembangan seni dan budaya.

Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat (NTB) mewacanakan menjadikan Kelurahan Dasan Agung, Kecamatan Selaparang, sebagai kelurahan budaya karena memiliki potensi dan sejarah.

Kelurahan Dasan Agung dikenal memiliki berbagai kesenian warisan leluhur seperti Gendang Belek, Cupak Gurantang, dan kesenian daerah bernuansa religius seperti Rudat, Khadrah dan Rebana.

Menurut Jayantha, Kota Mataram sebagai ibu kota Provinsi NTB yang dikenal memiliki motto maju, religius dan berbudaya harus memiliki daerah yang berciri khas kebudayaan. Salah satunya adalah Kelurahan Dasan Agung.

Kelurahan Dasan Agung memiliki nilai sejarah dilihat dari namanya yang mencirikan sebuah daerah kebesaran.

"Dasan itu dalam bahasa Sasak (suku di Lombok) artinya sebuah wilayah dan Agung itu jika ditinjau dari kamus Bahasa Indonesia artinya besar, mulia atau luhur. Jadi Kelurahan Dasan Agung itu memang dari sejarahnya sudah memiliki unsur budaya yang kuat dilihat dari namanya," katanya.

Dengan memiliki sebuah daerah yang berciri khas budaya, kata dia, akan mendukung Pemerintah Kota Mataram dalam upaya mengembangkan sektor pariwisata untuk kemajuan perekonomian masyarakat  terutama dari kalangan menengah ke bawah sesuai dengan visi dan misi Wali Kota Mataram yakni membangun pariwisata yang "pro poor" atau pro rakyat.

Pembentukan kelurahan budaya juga sebagai salah satu upaya melestarikan warisan budaya daerah yang saat ini terancam punah karena persaingan dengan budaya asing.

Selain itu, kata Jayantha, upaya membentuk sebuah kelurahan model yang memiliki ciri khas budaya sebagai implementasi  kebijakan pemerintah pusat yang menginginkan agar kebudayaan diperhatikan sebagai salah satu upaya membentuk karakter atau kepribadian bangsa Indonesia.

Bangsa Indonesia dikenal sebagai bangsa berbagai kesenian dan kebudayaan warisan leluhur. Hampir seluruh kesenian dan budaya itu memiliki unsur histrori dan nilai-nilai keagamaan.

"Pembentukan kelurahan budaya tidak semata-mata untuk melestarikan warisan budaya leluhur dan menarik minat wisatawan berkunjung ke Mataram, tetapi yang terpenting adalah untuk pembentukan karakter budaya bangsa Indonesia, khususnya warga Kota Mataram," katanya.          

Jayantha berharap agar wacana tersebut mendapat respon positif dari berbagai pihak, terutama kepala daerah dan anggota DPRD, sehingga motto Kota Mataram yang maju, religius dan berbudaya bisa terwujud.         
(KR-WLD/Z003)

Pewarta: Awaludin

Editor : AWI-SEO&Digital Ads


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2012