Petani lada di Lampung mengatakan bahwa tanaman lada organik memiliki kualitas yang baik dari tanaman lada yang menggunakan pupuk kimia sehingga dapat meningkatkan harga jual.

"Ditanamnya lada organik ini memiliki sejumlah manfaat, salah satunya selisih harga yang cukup tinggi di bandingkan dengan lada biasa," ujar salah seorang petani lada Lampung Timur, Zakaria, saat dihubungi di Bandarlampung, Selasa.

Ia mengatakan selisih harga tersebut dapat mencapai Rp15.000 hingga Rp20.000 per kilogram dibandingkan dengan harga lada biasa.

"Harga lada organik lebih tinggi, bisa selisih Rp15.000 sampai Rp20.000 per kilogram, untuk harga sekarang berkisar Rp50.000 per kilogram," ujarnya.

Menurutnya, para petani tepatnya di Desa Wana, Kabupaten Lampung Timur hampir semua menanam lada secara organik tanpa bahan kimia.

"Luasan lahan lada organik bisa ratusan hektare, sebab ada anjuran dari pemerintah daerah untuk membudidayakan lada organik, sebab disini jadi sentra lada," katanya.

Dorongan dalam mengembangkan lada organik juga dikatakan oleh Dewan Rempah Indonesia (DRI) guna meningkatkan nilai tambah produk lada Lampung.

"Lada organik ini cukup berpotensi sebab pasarnya pun masih luas. Jadi bila ada pengembangan lada organik ini, petani bisa mendapatkan pendapatan yang lumayan banyak," ujar Ketua Dewan Rempah Indonesia, Untung Sugiyatno.

Ia mengatakan di Provinsi Lampung telah ada sejumlah tempat yang petaninya membudidayakan lada organik, seperti di Lampung Timur.

Sebelumnya diketahui Lampung telah memproyeksikan pada tahun 2022 produktivitas komoditas andalan tersebut dapat bertumbuh hingga total 15.819 ton, saat ini produksi per hektare hanya 0,7 kuintal.

Pewarta: Ruth Intan Sozometa Kanafi

Editor : Helti Marini S


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2021