"Secara keseluruhan 2024, pertumbuhan ekonomi Bengkulu diprakirakan tumbuh menguat dibandingkan tahun sebelumnya. Ekonomi Bengkulu 2023 tumbuh 4,26 persen, dan 2024 ini diperkirakan dapat tumbuh 4,3-5,1 persen," kata Kepala Bank Indonesia Perwakilan Provinsi Bengkulu Darjana, di Bengkulu, Jumat.
Ia mengatakan dari sisi lapangan usaha, pertumbuhan ekonomi didorong oleh lapangan usaha pertanian, industri pengolahan dan lapangan usaha perdagangan. Sementara dari sisi permintaan, pertumbuhan ekonomi didorong oleh konsumsi pemerintah.
"Pertumbuhan terutama dipengaruhi oleh akselerasi konsumsi rumah tangga dan pemerintah. Mayoritas komponen lapangan usaha juga mengalami perbaikan, Namun demikian, perlambatan komponen investasi diprakirakan menahan pertumbuhan yang lebih tinggi," kata dia.
Perbaikan ekonomi utamanya didorong oleh tren meningkatnya konsumsi masyarakat selama momen kampanye pemilihan umum (pemilu).
Lebih lanjut, kondisi geopolitik global yang diperkirakan akan lebih baik juga akan turut mendorong perbaikan konsumsi. Kinerja komponen konsumsi pemerintah terdorong oleh peningkatan realisasi anggaran penyelenggaraan Pemilu Serentak 2024.
Berikutnya, peningkatan perekonomian juga didorong oleh prospek perbaikan harga komoditas turunan kelapa sawit, mulai berporduksinya tanaman hasil program replanting kelapa sawit, serta produksi beberapa komoditas pertanian akan berada di angka yang tinggi.
"Sejalan dengan komponen konsumsi rumah tangga, peningkatan juga akan terjadi pada lapangan usaha perdagangan. Periode pemilu diprakirakan akan meningkatkan volume perdagangan terutama untuk komoditas tekstil dan pakaian," kata dia.
Lebih lanjut pertumbuhan lapangan usaha transportasi dan pergudangan diperkirakan akan didorong oleh peningkatan mobilitas masyarakat menjelang momen Pemilu dan Pilkada 2024.
Namun Bank Indonesia tetap mengingatkan agar daerah berhati-hati terhadap fenomena El-Nino. Menurut BMKG, fenomena El-Nino di Indonesia baru akan berakhir pada April 2024 ini sehingga bisa membuat keterlambatan penanaman padi dan berisiko menahan laju pertumbuhan lapangan usaha pertanian.
"Pertumbuhan ekonomi global (terutama mitra dagang) yang melemah dan tidak merata (juga perlu menjadi perhatian)," ujarnya.