Denpasar (Antara Bengkulu) - Harga kopi di tingkat petani di Tabanan, Buleleng, Jembrana, Bangli dan Gianyar, Bali cukup menggairahkan dan stabil akhir-akhir mencapai Rp32.500/kg untuk jenis arabika dan Rp24.600/kg jenis robusta.

"Petani di daerah Pupuan-Tabanan salah satu pusat penghasil kopi di Bali, cukup bergairah untuk berproduksi, mengingat harga yang menggiurkan," kata Made Ruta pekebun setempat yang dibenarkan rekannya Made Sura, Jumat.

Perkebunan rakyat di daerah itu tergabung dalam organisasi tradisional yakni subak abian sehingga para pekebun bisa diberikan penyuluhan dalam proses berproduksi secara baik dalam pemupukan, pemberantasan penyakit dan soal petik buah.  

Kopi produksi daerah ini banyak untuk memenuhi permintasan pasar lokal maupun untuk ekspor. Produksi kopi Robusta Pupuan sebagian diekspor ke Taiwan dan Belgia yakni tiap tiga bulan sebanyak satu ton, katanya.

Kepala Dinas Perkebunan Provinsi Bali I Dewa Made Buana Duwuran, mengakui Subak Abian adalah organisasi petani lahan kering di daerah ini, sebagai mitra Dinas Perkebunan Provinsi Bali dalam meningkatkan kesejahteraan petani.

Adanya subak abian sangat membantu pelaksanaan pembangunan perkebunan di Bali, oleh sebab itu keberadaan organisasi petani kebun ini hingga saat ini tercatat sebanyak 1.127 subak abian yang tersebar di semua kabupaten.

Ia mengatakan, petani menikmati harga yang baik tentu berkat upaya petani yang selalu memperhatikan kualitas produksi dengan melakukan petik merah sehingga harga tetap lebih baik dari rata-rata pasaran internasional.

Sementara itu harga kelapa butir, di mana masyarakat Bali banyak yang memerlukan untuk upacara ngaben massal, naik dari Rp2.700 menjadi Rp3.000/butir pada pekan ini dan jambu mente jenis gelondongan tetap Rp13.500/kg.

Petani di Bali menyambut baik adanya kenaikan harga cengkeh, hasil perkebunan rakyat daerah ini yang mencapai Rp136.000/kg pada Minggu ke tiga Oktober 2013 dari sebelumnya Rp120.000/kg Agustus lalu.

Harga itu sudah cukup baik diterima petani di Buleleng, pihaknya tetap bersyukur hasil petani dihargai walau belum mencapai Rp200.000 per kg seperti tahun lalu,.

Petani di daerah itu berharap harga hasil perkebunan rakyat itu tetap merangkak naik mengingat produksi yang ada sekarang agak berkurang akibat iklim yang kurang memadai, sehingga penghasilan mereka agak berkurang. (Antara)

Pewarta: Oleh IK Sutika

Editor : Helti Marini S


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2013