Seorang peternak ayam petelur di Desa Suranadi, Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat, Putu Dicka Witrayana menghasilkan omzet miliaran rupiah setiap bulan dari telur ayam yang diproduksi dari peternakannya.
"Saya lahir di Tabanan (Bali), bapak saya dari Tabanan. Kebetulan di sana banyak peternak ayam petelur. Tahun 2017, saya bertemu peternak ayam di Tabanan yang menjadi sumber inspirasi. Saya banyak belajar dari beliau, terutama membangun kepercayaan diri dan keberanian untuk memulai usaha yang sama," ujarnya di Lombok Barat, Senin.
Pria yang berpenampilan seperti model ibu kota ini kini mengelola 24.000 ekor ayam petelur. Setiap harinya dari peternakannya tersebut menghasilkan 19.000 butir telur yang siap dipasarkan.
Ia mengaku, usahanya ini semua diawalinya dari bawah, bermodalkan hanya 2.000 ekor ayam di tahun 2017.
Modal awal dipinjamnya dari sang ayah. Usahanya pun berkembang dan menghasilkan. Dengan ketekunan dan keuletan dia bersama sang ayah membentuk CV Eggavian Sodajathu pada tahun 2018.
"Kemudian 2018 ketemu Bank BRI yang membantu tambahan modal Rp500 juta. Akhirnya dari awalnya saya mulai dengan 2.000 ekor ayam, bisa seperti sekarang," ungkapnya.
Ruang lingkup pasarnya pun meluas, kini dia memasarkan hasil produksinya ke setiap kabupaten di Pulau Lombok dengan omzet Rp1,2 miliar per bulan, dengan keuntungan bersih Rp120 juta per bulan.
Dengan pengelolaan yang profesional dan prospek pasar, saat ini, ia mendapatkan kepercayaan pendanaan sebesar Rp2,5 miliar dari Bank BRI untuk memperbesar usahanya.
"Dari segi harga mampu bersaing, karena debitur menjual dengan margin
yang tidak terlalu besar untuk meningkatkan volume penjualannya," kata Bayu Aditya Pimpinan Cabang BRI Mataram.
Bayu mengatakan, ini adalah salah satu bentuk upaya BRI dalam memberi makna Indonesia.
"BRI terus mendorong nasabah usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) untuk naik kelas. Ada tiga strategi yang dilakukan untuk membantu nasabah UMKM naik kelas, antara lain melakukan training dan edukasi, memperluas akses pasar, serta self assessment. Dengan demikian, UMKM kita akan kuat menjadi pondasi ekonomi Indonesia," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2021
"Saya lahir di Tabanan (Bali), bapak saya dari Tabanan. Kebetulan di sana banyak peternak ayam petelur. Tahun 2017, saya bertemu peternak ayam di Tabanan yang menjadi sumber inspirasi. Saya banyak belajar dari beliau, terutama membangun kepercayaan diri dan keberanian untuk memulai usaha yang sama," ujarnya di Lombok Barat, Senin.
Pria yang berpenampilan seperti model ibu kota ini kini mengelola 24.000 ekor ayam petelur. Setiap harinya dari peternakannya tersebut menghasilkan 19.000 butir telur yang siap dipasarkan.
Ia mengaku, usahanya ini semua diawalinya dari bawah, bermodalkan hanya 2.000 ekor ayam di tahun 2017.
Modal awal dipinjamnya dari sang ayah. Usahanya pun berkembang dan menghasilkan. Dengan ketekunan dan keuletan dia bersama sang ayah membentuk CV Eggavian Sodajathu pada tahun 2018.
"Kemudian 2018 ketemu Bank BRI yang membantu tambahan modal Rp500 juta. Akhirnya dari awalnya saya mulai dengan 2.000 ekor ayam, bisa seperti sekarang," ungkapnya.
Ruang lingkup pasarnya pun meluas, kini dia memasarkan hasil produksinya ke setiap kabupaten di Pulau Lombok dengan omzet Rp1,2 miliar per bulan, dengan keuntungan bersih Rp120 juta per bulan.
Dengan pengelolaan yang profesional dan prospek pasar, saat ini, ia mendapatkan kepercayaan pendanaan sebesar Rp2,5 miliar dari Bank BRI untuk memperbesar usahanya.
"Dari segi harga mampu bersaing, karena debitur menjual dengan margin
yang tidak terlalu besar untuk meningkatkan volume penjualannya," kata Bayu Aditya Pimpinan Cabang BRI Mataram.
Bayu mengatakan, ini adalah salah satu bentuk upaya BRI dalam memberi makna Indonesia.
"BRI terus mendorong nasabah usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) untuk naik kelas. Ada tiga strategi yang dilakukan untuk membantu nasabah UMKM naik kelas, antara lain melakukan training dan edukasi, memperluas akses pasar, serta self assessment. Dengan demikian, UMKM kita akan kuat menjadi pondasi ekonomi Indonesia," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2021