Amuntai, Kalsel (Antara) - Eceng gondok, tumbuhan air yang bisa mengganggu transportasi sungai di Kalimantan Selatan, bisa diolah menjadi barang kerajinan dengan nilai ekonomi tinggi yakni purun dan ilung, dan mampu mendongkrak kesejahteraan masyarakat Kabupaten Hulu Sungai Utara (HSU).

Supiannor, pendiri Kelompok Usaha Bersama (KUB) Kembang Ilung di Amuntai, Rabu mengungkapkan, usahanya berawal dari keprihatinannya melihat eceng gondok yang tumbuh liar dan selalu memenuhi sungai.

Berbekal pengetahuan pelatihan purun dan meubel yang ia dapat dari Dinas Koperasi, UKM, Perindustrian dan Perdagangan (Dikuperindag) Kabupaten Hulu Sungai Utara (HSU), menumbuhkan ide untuk memanfaatkan tumbuhan tersebut sebagai kerajinan.

Karena kepeloporannya, Supiannor dan beberapa warga desa sering diajak Dikuperindag ikut dalam kegiatan pameran baik lokal maupun luar daerah.

Hasilnya, beberapa pengunjung stand pameran tertarik untuk memesan kerajinan purun ataupun ilung.

Kini omset dari hasil usaha Supiannor mencapai Rp50 juta per bulan atau lebih setengah milyar per tahun.

Kini pesanan kerajinan terus bertambah, bahkan tenaga perajin yang dimiliki KUB Kembang Ilung kewalahan memenuhi pesanan, padahal sebanyak 30 warga Desa Banyu Hirang telah bergabung dalam kelompok usaha ini.

Jumlah tersebut, belum termasuk ratusan perajin yang sudah mendapat binaan Supiannor.

"Khususnya untuk pesanan meubel ilung kami masih kekurangan tenaga yang terampil sehingga sering pesanan dari luar tidak bisa kita penuhi," kata Supiannordi sela kegiatan Focus Discussion Group (FDG) yang digelar Bank Indonesia (BI) di Amuntai.    

Kantor Perwakilan BI Wilayah Kalimantan, melalui program pengembangan UMKM tertarik memasukan KUB Kembang Ilung dalam Kluster Anyaman Purun dan Ilung(Anpulung) yang berbasis kelompok Usaha (Champion) di Kalimantan Selatan.

Untuk terus bisa melayani pesanan pembelian produk kerajinan, tidak ada upaya lain bagi Supiannor kecuali dengan membantu sesama perajin dalam meningkatkan pengetahuan dan keterampilan di bidang anyamanan purun dan ilung.

Dua Desa di Kecamatan Haur Gading, yakni Desa Harusan dan Palimbang Gusti menjadi harapan bagi Supiannor untuk membantu mengembangkan usahanya.

Para perajin di kedua desa ini masing-masing sebanyak 20 perajin mendapat binaan dari KUB Kembang Ilung, khususnya untuk mengantisipasi banyaaknyaa pesananyang tidak bisa terpenuhi.

"Para perajin di desa ini sudah lama menekuni kerajinan purun sehingga tinggal kita tingkatkan kreasinya, ditambah dengan keterampilan anyaman ilung," katanya.

Ia mengungkapkan pesanan yang pernah ia terima dari luar daerah, yakni dari Yogya, Jakarta dan Makasar produk ia kirim sendiri  melalui paket pos.

Apalagi pameran terakhir yang Ia ikuti yang diselenggarakan Dekranasda di Jakarta sudah memberi bayangan bagi Supiannor akan semakin meningkatnyaapesanan dari luar daerah.

Dengan adanya program pengembangan kluster dari BI, Supiannor dan perajin lainnya menyambut baik.

Berdasarkan pengalamannya dalam mengembangkan usaha, setiap tawaran kerjasama dari pihak mana pun cenderung berdampak positif bagi peningkatan kesejahteraan perajin didaerahnya.

"Apalagi melalui program ini, katanya nanti ada pelatihan untuk semakin meningkatkan kualitas produk dan bantuan dalam membuka peluang pasar," katanya.

Pewarta:

Editor : Musriadi


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2013