Jakarta (Antara) - Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi   Muhamaimin Iskandar mengatakan metode penerapan bagi hasil produktivitas atau "productivity gain sharing" dapat menjadi salah satu alternatif sistem pengupahan.

"Model pengupahan dengan mempertimbangkan  konsep 'productivity gain sharing' ini mampu membangun kemitraan antara  pengusaha dan pekerja dalam  menentukan skala upah secara bipartit," ujar Muhaimin saat membuka Konferensi Nasional Produktivitas di Jakarta, Kamis.

Muhaimin menambahkan dengan menggunakan metode ini, setiap pertumbuhan produktivitas yang dicapai oleh perusahaan bisa memberikan sumbangannya  pada upah buruh.

"Dengan model ini, maka akan timbul motivasi tenaga kerja untuk meningkatkan kinerja secara bertanggung jawab  dalam rangka mendongkrak  pertumbuhan nilai tambah perusahaan," tambah dia.

Dengan pertumbuhan nilai tambah perusahaan tersebut, lanjut Menakertrans, maka akan meningkatkan  pendapatan tenaga kerja itu sendiri.

Penerapan bagi hasil produktivitas, kata dia, sejalan  dengan amanat UU 13/2003 tentang Ketenagakerjaan, khususnya pada  pasal 92 ayat 2, yang menyebutkan bahwa pengusaha menetapkan skala upah berdasarkan kemampuan perusahaan dan produktivitas.

"Begitu juga dalam Inpres nomor 9 /2013, Presiden juga telah menginstruksikan untuk merumuskan secara komprehensif sistem pengupahan nasional yang  mampu mengakomodasi kepentingan
baik pengusaha maupun tenaga kerja," jelas dia.

Muhaimin berharap para pemangku kepentingan dapat mempelajari, memahami dan mendiskusikan keseluruhan  aspek, keuntungan dan kelemahan dari model penerapan bagi hasil produktivitas tersebut.

Dengan demikian dapat menjadi masukan kepada pemerintah untuk menetapkan suatu Sistem Pengupahan Nasional yang menguntungkan semua pihak.

Pewarta:

Editor : Musriadi


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2013