Madiun,  (Antara) - Petugas Polres Madiun Kota, Jawa Timur, mengamankan tujuh orang anggota salah satu perguruan pencak silat yang diduga menjadi pemicu keributan seusai melakukan ziarah malam Suroan atau menyambut tahun baru Islam 1 Muharam, Senin (4/11) malam.

         "Tujuh orang yang kami amankan itu sedang menjalani pemeriksaan di mapolres," ujar Kapolres Madiun Kota AKBP Anom Wibowo, kepada wartawan, Selasa dini hari.

         Menurut dia, selain tujuh orang anggota perguruan silat, polisi juga mengamankan 13 unit sepeda motor milik mereka yang sengaja ditinggalkan saat dilakukan pengejaran oleh petugas.

         Berdasarkan informasi, pengamanan tujuh pesilat berselendang putih tersebut, berawal dari ulah mereka yang diduga menjadi pemicu keributan warga di Jalan Kaswari, Kelurahan Nambangan Kidul, Kecamatan Manguharjo, Kota Madiun. Petugas patroli yang melintas di lokasi langsung membubarkan massa.

         Melihat petugas datang, segerombolan pesilat tersebut langsung berpencar melarikan diri ke sejumlah lokasi. Aksi kejar-kejaran dengan petugaspun tak terhindarkan.

         Bahkan, saat aksi kejar-kejaran tersebut, ada salah satu dari tujuh orang yang diamankan tersebut melakukan perlawanan hingga melukai seorang anggota kepolisian.

         Akhirnya, para pemicu keributan tersebut berhasil ditangkap polisi di kawasan Jalan Soekarno-Hatta dan Jalan Dadali. Aksi penangkapan yang berlangsung tegang membuat penasaran warga sekitar dan pengguna jalan penghubung Madiun-Ponorogo tersebut.

         "Mereka segera kami amankan agar tidak terjadi kerusuhan dengan warga di Jalan Kaswari. Berdasarkan pemeriksaan sementara, ketujuhnya merupakan warga luar Kota Madiun," kata Kepala Satuan Reskrim Polres Madiun Kota AKP Suhono.

         AKP Suhono menambahkan, untuk sementara ketujuh pesilat yang diamankan tersebut akan dikenai pasal pelanggaran ketertiban umum, sambil menunggu hasil pemeriksaan penyidik polres setempat.

         Sementara, aksi konvoi yang melibatkan puluhan ribu pesilat saat berziarah ke makam sesepuh dan pendiri perguruan pada malam 1 Suro di Kota Madiun, tidak terjadi. Hal tersebut menyusul penolakan izin kegiatan tersebut oleh Polda Jawa Timur.

         Namun, meski dilarang, segerombolan pesilat masih sesekali terlihat beriring-iringan mengendarai motornya. Hanya saja jumlahnya sudah jauh berkurang dibandingkan dengan perayaan 1 Suro pada tahun-tahun sebelumnya. Bahkan, ada sejumlah pesilat yang sengaja berjalan kaki saat melalukan ziarah.

         Penolakan izin konvoi oleh Polda Jatim tersebut karena kegiatan itu dinilai bukan merupakan agenda pengurus Persaudaraan Setia Hati (PSH) Terate. Selain itu, juga untuk menjaga kondisi Kota Madiun dan sekitarnya tetap kondusif. *

Pewarta: Oleh Slamet Agus Sudarmojo

Editor : Triono Subagyo


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2013