Jakarta (Antara) - Direktur Negara Bank Dunia untuk Indonesia yang baru dilantik, Rodrigo Chaves, mengatakan, Indonesia akan mengatasi tekanan ekonomi saat ini sebagaimana pernah dialami dalam tahun-tahun sebelumnya.

"Selama dekade terakhir, dunia telah melihat Indonesia muncul sebagai negara berpendapatan menengah," kata Rodrigo Chaves dalam siaran pers Bank Dunia yang diterima di Jakarta, Sabtu.

Menurut Rodrigo Chaves, hal tersebut dinilai antara lain karena fundamental makroekonomi yang kuat dan manajemen fiskal yang penuh kehati-hatian.

Karena itu, ujar dia, Bank Dunia meyakini bahwa Indonesia akan mengatasi tekanan saat ini yang mempengaruhi rupiah dan akan tahan melawan volatilitas eksternal.

"Lebih penting lagi, bangsa besar ini memiliki apa saja yang dibutuhkan guna membawa kesejahteraan akbar bagi rakyatnya," kata Chaves yang mendapatkan gelar doktorat ekonomi dari Ohio State University.

Sebelum bergabung dengan kantor Bank Dunia di Indonesia, Chaves menjabat sebagai Direktur Pengentasan Kemiskinan dan Manajemen Ekonomi untuk Amerika Latin dan Karibia.

Menurut dia, tantangan pembangunan yang dihadapi di Amerika Latin dan Karibia serupa dengan kondisi yang dihadapi di Indonesia.

Hal tersebut meliputi berkembangnya ketimpangan sosial dan kebutuhan bagi kaum miskin dan masyarakat rentan, termasuk memperluas akses kepada pendidikan, kesehatan, air minum, dan jasa layanan dasar lainnya.

Chaves dilaporkan akan memimpin program di Indonesia yang mencakup portofolio sebanyak 37 operasi aktif, dengan komitmen net sebesar 8 miliar dolar AS dalam bentuk pinjaman terhitung Agustus 2013.

Beragam program tersebut berkisar dari dukungan terhadap pembangunan di dalam masyarakat, perluasan energi geothermal, dan jasa layanan pendidikan anak-anak usia dini.

"Setelah enam dekade kemitraan produktif, Bank Dunia merasa terhormat untuk melanjutkan dukungan terhadap ambisi Indonesia untuk menjadi salah satu negara paling makmur," kata Chaves.

Sebelumnya, Menteri Keuangan Chatib Basri mengatakan tahun anggaran 2014 merupakan periode stabilisasi dan pemerintah lebih fokus untuk membenahi fundamental perekonomian nasional, dengan risiko pertumbuhan tidak akan lebih tinggi dari angka enam persen.

"Dalam kebijakan selalu ada pilihan, kalau kita mendorong pertumbuhan, fundamental kita tidak akan stabil dan dalam jangka menengah akan terganggu. Kami fokus stabilitas, APBN bukan untuk mendorong pertumbuhan signifikan," katanya dalam jumpa pers di Jakarta, Senin (28/10).

Chatib memastikan pemerintah akan menetapkan kebijakan fiskal yang ketat dengan menjaga defisit anggaran serta memastikan agar defisit neraca transaksi berjalan tidak makin melebar, sebagai upaya stabilisasi tersebut.

Pewarta:

Editor : Musriadi


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2013