Surabaya (Antara) - Putra kedua pejuang 45 Suhario Padmodiwiryo atau dikenal Hario Kecil, Girindro Hanantoseno menyerahkan benda-benda bersejarah milik ayahnya kepada Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini usai upacara peringatan Hari Pahlawan 10 November di Taman Surya, Minggu.
"Penyerahan barang-barang bersejarah ini adalah murni amanat dari bapak (Hario Kecik) sendiri. Sekiranya ini semua bisa disumbangkan kepada museum sehingga menjadi berguna bagi generasi muda," kata Girindro.
Adapun beberapa barang milik mantan Jenderal yang turut melakukan pengepungan markas Polisi Rahasia Kempetai itu meliputi sepucuk pistol jenis Mauser, buku mengenai intelejen pada masa peperangan yang ditulis sendiri oleh Hario Kecik, dan buku Memoir Hario Kecik.
Sebagai informasi, Hario Kecik adalah pejuang 45 dan salah satu pendiri kesatuan militer Republik Indonesia. Pengalamannya di Fort Benning, Georgia, AS (1956) dan College Suvorov Moskow (1965) menjadikan Hario Kecik satu-satunya perwira militer dari Indonesia yang memiliki pengalaman di dua pusat kekuasaan dunia kala itu.
Menurut Girindro, pistol Mauser lengkap dengan sarungnya merupakan salah satu benda kesayangan ayahnya. Senjata buatan Jerman yang kondang pada era Perang Dunia I dan II tersebut, kata Girindro, selalu digunakan Hario Kecik hampir disetiap pertempuran sepanjang karirnya.
"Semoga benda-benda ini dapat merepresentasi kronologi dan kejelasan sejarah langsung dari pelaku sejarahnya sendiri," katanya.
Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini menyambut baik bertambahnya koleksi benda-benda bersejarah ini. Nantinya, benda-benda tersebut akan ditempatkan di museum 10 Nopember yang terletak di kawasan Tugu Pahlawan. Tak lupa dia mengucapkan terima kasih kepada keluarga besar Suhario Padmodiwiryo.
Wali kota memgatakan pihaknya berkeinginan melengkapi koleksi Museum 10 Nopember dengan benda-benda yang memiliki nilai historis. Itu lantaran faktor sejarah dan peristiwa heroik yang mendasari Surabaya dijuluki Kota Pahlawan.
"Akhirnya kami menyampaikan permohonan kepada para tokoh pejuang yang terlibat dalam perang 10 November 1045, seperti HR Mohammad, Mayjend Soengkono, M. Jasin, dan Suhario Padmodiwiryo (Hario Kecik)," ujarnya.
Permohonan Pemkot Surabaya itu mendapat respons positif dari sejumlah keluarga besar para pejuang tersebut. Sebelumnya, keluarga Mayjend Soengkono menyerahkan beberapa dokumen dan benda bersejarah milik mantan komandan Badan Keamanan Rakyat (BKR) Kota Surabaya itu.
Ada juga dua buah tongkat komando, sepasang sarung dan kemeja hitam bekas pakaian pada waktu memimpin gerilya, dua baju dinas terakhir sebelum beliau purnabakti, lengkap dengan tanda pangkat, juga bendera resimen "djoko tole" dari Divisi Narotama tahun 1946.
"Dengan terbukanya akses bagi masyarakat menyaksikan benda-benda bersejarah tersebut, diharapkan bisa menjadi media belajar bagi generasi muda," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2013
"Penyerahan barang-barang bersejarah ini adalah murni amanat dari bapak (Hario Kecik) sendiri. Sekiranya ini semua bisa disumbangkan kepada museum sehingga menjadi berguna bagi generasi muda," kata Girindro.
Adapun beberapa barang milik mantan Jenderal yang turut melakukan pengepungan markas Polisi Rahasia Kempetai itu meliputi sepucuk pistol jenis Mauser, buku mengenai intelejen pada masa peperangan yang ditulis sendiri oleh Hario Kecik, dan buku Memoir Hario Kecik.
Sebagai informasi, Hario Kecik adalah pejuang 45 dan salah satu pendiri kesatuan militer Republik Indonesia. Pengalamannya di Fort Benning, Georgia, AS (1956) dan College Suvorov Moskow (1965) menjadikan Hario Kecik satu-satunya perwira militer dari Indonesia yang memiliki pengalaman di dua pusat kekuasaan dunia kala itu.
Menurut Girindro, pistol Mauser lengkap dengan sarungnya merupakan salah satu benda kesayangan ayahnya. Senjata buatan Jerman yang kondang pada era Perang Dunia I dan II tersebut, kata Girindro, selalu digunakan Hario Kecik hampir disetiap pertempuran sepanjang karirnya.
"Semoga benda-benda ini dapat merepresentasi kronologi dan kejelasan sejarah langsung dari pelaku sejarahnya sendiri," katanya.
Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini menyambut baik bertambahnya koleksi benda-benda bersejarah ini. Nantinya, benda-benda tersebut akan ditempatkan di museum 10 Nopember yang terletak di kawasan Tugu Pahlawan. Tak lupa dia mengucapkan terima kasih kepada keluarga besar Suhario Padmodiwiryo.
Wali kota memgatakan pihaknya berkeinginan melengkapi koleksi Museum 10 Nopember dengan benda-benda yang memiliki nilai historis. Itu lantaran faktor sejarah dan peristiwa heroik yang mendasari Surabaya dijuluki Kota Pahlawan.
"Akhirnya kami menyampaikan permohonan kepada para tokoh pejuang yang terlibat dalam perang 10 November 1045, seperti HR Mohammad, Mayjend Soengkono, M. Jasin, dan Suhario Padmodiwiryo (Hario Kecik)," ujarnya.
Permohonan Pemkot Surabaya itu mendapat respons positif dari sejumlah keluarga besar para pejuang tersebut. Sebelumnya, keluarga Mayjend Soengkono menyerahkan beberapa dokumen dan benda bersejarah milik mantan komandan Badan Keamanan Rakyat (BKR) Kota Surabaya itu.
Ada juga dua buah tongkat komando, sepasang sarung dan kemeja hitam bekas pakaian pada waktu memimpin gerilya, dua baju dinas terakhir sebelum beliau purnabakti, lengkap dengan tanda pangkat, juga bendera resimen "djoko tole" dari Divisi Narotama tahun 1946.
"Dengan terbukanya akses bagi masyarakat menyaksikan benda-benda bersejarah tersebut, diharapkan bisa menjadi media belajar bagi generasi muda," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2013