Peristiwa perang dunia II antara tentara Sekutu pimpinan Amerika melawan tentara Jepang di era 1943-an menyisakan kesedihan bagi Arima Sakiko (72), putri eks tentara Jepang karena selama 70 tahun menunggu jasad ayah yang gugur di Tanah Papua.
Bagi Arima Sakiko peristiwa perang serdadu sekutu dengan Jepang menjadi awal kesedihan keluarga karena harus berpisah dengan sang ayah bertugas membangun pelabuhan udara di Biak.
"Saat ayahku bertugas di Papua menjalankan misi negara ketika perang dunia II berkecamuk usiaku masih balita dua tahun, sejak berpisah dengan ayah hingga sekarang saya masih berharap bisa bertemu dengan bapak dan membawanya pulang ke negeri Jepang," begitu harapan putri korban perang dunia Arima Sakiko saat berkisah menyaksikan penyerahan kerangka tentara Jepang di Biak, Selasa.
Ia mengakui perang dunia II bukan saja menyebabkan korban di tentara Jepang namun akibat perang membuat banyak keluarga dan anak di Jepang kehilangan orang tua yang gugur di Papua.
Dia bersama para keluarga korban tentara Jepang sangat berharap jasad orang tua mereka bisa ditemukan untuk selanjutya dikremasi dibawa pulang ke negeri "Sakura" Jepang.
"Arwah jasad tentara Jepang yang korban bisa tenang kelak jika keluarga bersama pemerintah Jepang membawa pulang kerangka korban yang ditemukan, karena itu bantuan masyarakat Biak dan Papua sangat dinantikan," harap Arima Sakiko.
Dia berharap perang dengan senjata yang seringkali terjadi sudah harus segera dihentikan karena dampak perang menimbulkan korban jiwa, kehilangan harta dan menjadikan anak-anak banyak kehilangan orang tua.
Dampak lain dari perang, menurut Arima Sakiko, juga bisa menimbulkan kesengsaraan dan ketakutan bagi rakyat dalam suatu Negara bertikai karena kepentingan politik dan ekonomi tertentu.
"Saya menyerukan semua negara dunia untuk menghentikan pertikaian antar negara dan mari ciptakan kedamaian dan persaudaraan sesama Bangsa," harap Arima Sakiko yang tetap berharap jasad tentara Jepang dibawa pulang ke Jepang.
Bahkan dalam keinginan ke depan, lanjut Sakiko, ia akan merubah senjata dengan pensil sehingga dapat mencatat kebaikan orang untuk bisa dikenang sepanjang waktu.
Kisah sejarah perang dunia, menurut Sakiko, akan tetap dikenang keluarga korban tentara Jepang karena puluhan tahun memisahkan kehidupan dengan anak, istri dan keluarga demi menjalankan tugas negara.
"Pengembalian jasad korban tentara Jepang ke negerinya diharapkan arwahnya bisa hidup dengan tenang," harap Arima Sakiko terbata-bata menyaksikan penyerahan kerangka jenazah tentara Jepang.
Pengembalian Kerangka
Sementara itu, Ketua Delegasi Repatriasi pemulangan kerangka tentara Jepang Tsuchimoto Toshinobu mengharapkan kerja sama pemerintah RI, Pemkab Biak Numfor, warga masyarakat untuk pengembalian kerangka tentara Jepang masih sangat dibutuhkan sebagai wujud hubungan bilateral antar negara RI dengan Jepang.
Ia mengakui dengan berhasil dipulangkan kerangka tentara Jepang ke negeri Jepang membuktikan akan kepedulian pemerintah dalam menghormati pahlawan yang gugur di medan perang.
"Sebagai keluarga korban, anak dan perwakilan pemerintah Jepang saya berterima kasih dengan kemudahan dan bantuan diberikan pemerintah, warga masyarakat dan instansi pemkab sehingga prosesi pengembalian jasad abu tentara Jepang dapat berjalan lancar," ujar Perwakilan Jepang Toshinobu.
Ia berharap, kerja sama pengembalian kerangka tentara Jepang korban perang dunia II di tanah Papua khususnya Biak Numfor dapat terus berlanjut sehingga bisa mengobati keluarga korban di negeri Jepang.
Secara terpisah, Direktur Informasi dan Media Kementerian Luar Newgeri Siti Sopia Sudarman mengatakan, pemerintah RI sangat berharap kerjasama dengan pemerintah Jepang bisa dikembangkan dalam bidang lain pendidikan, ekonomi dan kesehatan untuk membantu masyarakat di Papua khususnya Biak Numfor.
"Pemerintah RI akan membantu pengembalian kerangka korban perang dunia II dengan Jepang karena ini menyangkut hubungan sosial budaya dan kemanusiaan," ujar Direktur informasi dan media Kemenlu Siti Sopia Sudarman.
Dengan pengembalian kerangka tentara Jepang, menurut Sopia Sudarman, diharapkan akan mengurangi kesedihan keluarga korban perang dunia II yang menanti puluhan tahun dibawa pulang di negeri sendiri.
"Pemerintah RI menghormati itikad baik pemerintah Jepang untuk membawa pulang kerangka korban perang dunia ke negaranya," ujarnya.
Berdasarkan data tentara Jepang korban dunia II di Papua mencapai 40 ribuan orang sedangkan di kawasan Asia mencapai satu jutaan orang. (Antara)
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2013
Bagi Arima Sakiko peristiwa perang serdadu sekutu dengan Jepang menjadi awal kesedihan keluarga karena harus berpisah dengan sang ayah bertugas membangun pelabuhan udara di Biak.
"Saat ayahku bertugas di Papua menjalankan misi negara ketika perang dunia II berkecamuk usiaku masih balita dua tahun, sejak berpisah dengan ayah hingga sekarang saya masih berharap bisa bertemu dengan bapak dan membawanya pulang ke negeri Jepang," begitu harapan putri korban perang dunia Arima Sakiko saat berkisah menyaksikan penyerahan kerangka tentara Jepang di Biak, Selasa.
Ia mengakui perang dunia II bukan saja menyebabkan korban di tentara Jepang namun akibat perang membuat banyak keluarga dan anak di Jepang kehilangan orang tua yang gugur di Papua.
Dia bersama para keluarga korban tentara Jepang sangat berharap jasad orang tua mereka bisa ditemukan untuk selanjutya dikremasi dibawa pulang ke negeri "Sakura" Jepang.
"Arwah jasad tentara Jepang yang korban bisa tenang kelak jika keluarga bersama pemerintah Jepang membawa pulang kerangka korban yang ditemukan, karena itu bantuan masyarakat Biak dan Papua sangat dinantikan," harap Arima Sakiko.
Dia berharap perang dengan senjata yang seringkali terjadi sudah harus segera dihentikan karena dampak perang menimbulkan korban jiwa, kehilangan harta dan menjadikan anak-anak banyak kehilangan orang tua.
Dampak lain dari perang, menurut Arima Sakiko, juga bisa menimbulkan kesengsaraan dan ketakutan bagi rakyat dalam suatu Negara bertikai karena kepentingan politik dan ekonomi tertentu.
"Saya menyerukan semua negara dunia untuk menghentikan pertikaian antar negara dan mari ciptakan kedamaian dan persaudaraan sesama Bangsa," harap Arima Sakiko yang tetap berharap jasad tentara Jepang dibawa pulang ke Jepang.
Bahkan dalam keinginan ke depan, lanjut Sakiko, ia akan merubah senjata dengan pensil sehingga dapat mencatat kebaikan orang untuk bisa dikenang sepanjang waktu.
Kisah sejarah perang dunia, menurut Sakiko, akan tetap dikenang keluarga korban tentara Jepang karena puluhan tahun memisahkan kehidupan dengan anak, istri dan keluarga demi menjalankan tugas negara.
"Pengembalian jasad korban tentara Jepang ke negerinya diharapkan arwahnya bisa hidup dengan tenang," harap Arima Sakiko terbata-bata menyaksikan penyerahan kerangka jenazah tentara Jepang.
Pengembalian Kerangka
Sementara itu, Ketua Delegasi Repatriasi pemulangan kerangka tentara Jepang Tsuchimoto Toshinobu mengharapkan kerja sama pemerintah RI, Pemkab Biak Numfor, warga masyarakat untuk pengembalian kerangka tentara Jepang masih sangat dibutuhkan sebagai wujud hubungan bilateral antar negara RI dengan Jepang.
Ia mengakui dengan berhasil dipulangkan kerangka tentara Jepang ke negeri Jepang membuktikan akan kepedulian pemerintah dalam menghormati pahlawan yang gugur di medan perang.
"Sebagai keluarga korban, anak dan perwakilan pemerintah Jepang saya berterima kasih dengan kemudahan dan bantuan diberikan pemerintah, warga masyarakat dan instansi pemkab sehingga prosesi pengembalian jasad abu tentara Jepang dapat berjalan lancar," ujar Perwakilan Jepang Toshinobu.
Ia berharap, kerja sama pengembalian kerangka tentara Jepang korban perang dunia II di tanah Papua khususnya Biak Numfor dapat terus berlanjut sehingga bisa mengobati keluarga korban di negeri Jepang.
Secara terpisah, Direktur Informasi dan Media Kementerian Luar Newgeri Siti Sopia Sudarman mengatakan, pemerintah RI sangat berharap kerjasama dengan pemerintah Jepang bisa dikembangkan dalam bidang lain pendidikan, ekonomi dan kesehatan untuk membantu masyarakat di Papua khususnya Biak Numfor.
"Pemerintah RI akan membantu pengembalian kerangka korban perang dunia II dengan Jepang karena ini menyangkut hubungan sosial budaya dan kemanusiaan," ujar Direktur informasi dan media Kemenlu Siti Sopia Sudarman.
Dengan pengembalian kerangka tentara Jepang, menurut Sopia Sudarman, diharapkan akan mengurangi kesedihan keluarga korban perang dunia II yang menanti puluhan tahun dibawa pulang di negeri sendiri.
"Pemerintah RI menghormati itikad baik pemerintah Jepang untuk membawa pulang kerangka korban perang dunia ke negaranya," ujarnya.
Berdasarkan data tentara Jepang korban dunia II di Papua mencapai 40 ribuan orang sedangkan di kawasan Asia mencapai satu jutaan orang. (Antara)
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2013