Pontianak (Antara) - Ketua Umum Persatuan Wartawan Indonesia Margiono mengakui kualitas wartawan masih buruk sehingga perlu terus dibenahi antara lain mengenai kode etik.

Di seluruh Indonesia sekarang diperkirakan ada 100 ribu wartawan, tetapi baru sekitar 40 persen yang pernah membaca Kode Etik Jurnalistik, kata Margiono saat pelantikan pengurus PWI Provinsi Kalbar di Pontianak, Kalbar, Rabu.

"Sisanya, tidak pernah. Dan, tahu-tahu mereka menjadi wartawan," kata Margiono.

Organisasi profesi jurnalistik ada lebih dari 100 yang tersebar di seluruh Indonesia. Sementara yang lolos verifikasi secara nasional oleh Dewan Pers, adalah PWI, Aliansi Jurnalis Independen (AJI) dan Ikatan Jurnalis Televisi Indonesia (IJTI).

Jumlah keanggotaan PWI sekitar 20 ribu orang, AJI dan IJTI masing-masing dua ribu anggota.

"Bagaimana kualitas wartawan di luar organisasi tersebut? Ini yang perlu menjadi perhatian bersama," kata dia.

Ia melanjutkan, untuk meningkatkan kualitas wartawan, PWI mendorong pembangunan sekolah jurnalistik di berbagai daerah.

"Sekarang sudah ada 16 provinsi yang mempunyai sekolah jurnalistik," kata Margiono. Ia menargetkan dalam beberapa tahun mendatang, akan berdiri sekolah jurnalistik di seluruh provinsi.

Ia pun mengajak PWI Kalbar untuk mempelopori tindak tegas terhadap wartawan yang menggunakan profesinya memeras, mencari amplop, dan sejenisnya. "Dewan Pers dan PWi tidak akan mentolerir itu. Nara sumber berhak usir mereka yang seperti itu," katanya menegaskan.

Pers, lanjut dia, dibangun tidak hanya untuk mengkritik namun juga mendorong kemajuan daerah. (Antara)

Pewarta: Oleh Teguh Imam Wibowo

Editor : Helti Marini S


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2013