Bengkulu (Antara) - Puluhan umat Budha menggelar penyalaan pelita dalam ibadah menyambut Imlek atau Tahun Baru China 2565 di Vihara Buddha-Yana, Kota Bengkulu, Kamis.

"Ibadah penyalaan pelita sudah digelar pagi ini, dilanjutkan ibadah parita besok subuh," kata Yandi, pengurus Vihara yang terletak di Kelurahan Malabero Kota Bengkulu itu.

Ia mengatakan ibadah parita digelar mulai pukul 05.00 WIB dan ibadah ke dua pada sore hari.

Penyalaan pelita di dalam cawan bulat berisi cairan lilin tersusun rapi di dalam rumah ibadah itu.

Setiap cawan pelita memiliki nomor dan nama umat yang menyalakan pelita itu.

Yandi mengatakan rangkaian ibadah Imlek sejak Kamis (30/1) hingga Sabtu (1/2) diperingati sebagai hari bahagia sehingga diselenggarakan ibadah maha puja.

Bertepatan dengan hari Imlek kata dia seluruh umat diajak untuk berbuat kebajikan berupa maha puja dengan membacakan paritta, sutta, dan mantra kepada Sang Budha dan para Boddhisatva.

Salah satu persembahan yakni lampu pelita sebagai lambang penerangan merupakan persembahan kepada Budha dan para mahluk suci dengan segala ketulusan hati, penuh hormat dan bakti.

Puja dengan lampu adalah suatu peristiwa dalam kehidupan Guru Agung Sakyamuni Buddha yang menunjukkan kehendak yang tulus memuja, pastilah menghasilkan buah karma yang membahagiakan.

Tentang penyalaan pelita tersebut dikisahkan bahwa suatu ketika Yang Maha Suci mengunjungi satu desa kecil di pelosok India. Mendengar kedatangan Guru para dewa dan manusia ini maka datanglah warga desa berduyun-duyun memberi penghormatan.

Diantara ratusan manusia itu terdapatlah seorang janda tua yang miskin. Walaupun ia tak punya apa-apa lagi untuk dipersembahkan kepada Sang Budha, namun ia bertekad memotong rambutnya, dengan harapan dapat ditukarkan dengan sesuatu.

Ia membawa rambut itu ke sana kemari dan berhasil menukarkannya dengan minyak sebanyak setengah tempurung kelapa sekedar bisa menyalakan pelita untuk menghormati Sang Guru.

Di tengah ratusan manusia yang melakukan penghormatan kepada Sang Budha, tiba-tiba Dewa Sakka mendatangkan angin kencang yang membuat semua lampu pelita padam, kecuali tempurung berisi minyak di tangan janda tua itu.

Maka dengan segala keagungan-Nya sang Budha mulai bersabda :"Duhai anak-anakKu ketahuilah bahwa lampu pelita yang tetap menyala ini adalah hasil persembahan yang disertai pengorbanan serta ketulusan hati dari seseorang yang saat ini duduk paling belakang, Ia merasa tidak pantas untuk duduk di barisan depan, dirinya merasa kecil untuk sejajar dengan kalian".

Demikianlah persembahan yang tulus, betapapun kecilnya akan menghasilkan buah karma yang berlipat ganda. (Antara)

Pewarta:

Editor : Helti Marini S


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2014