Kabupaten Penajam Paser Utara yang ditetapkan sebagai bagian dari calon ibu kota negara Indonesia yang baru di Provinsi Kalimantan Timur, masuk zona merah endemis malaria.
Pengelola Program Malaria Dinas Kesehatan Kabupaten Penajam Paser Utara, Ponco Waluyo di Penajam, Selasa, mengatakan instansinya melatih kader dari koordinator pekerja kehutanan dan perkebunan untuk menekan kasus malaria.
Kader tersebut dibekali pengetahuan deteksi dini penyakit malaria dan cara pengobatan, kalau kategori akut harus cepat dibawa ke puskesmas.
Dinas Kesehatan Kabupaten Penajam Paser Utara juga membagikan kelambu setiap tahun untuk meminimalisir penyakit yang disebabkan gigitan nyamuk tersebut.
"Kami telah melakukan pelatihan terhadap sembilan orang pekerja perkebunan dan kehutanan, serta membagikan kelambu," ujarnya.
"Kabupaten Penajam Paser Utara masih zona merah malaria karena tercatat di atas 1.000 kasus, kalau daerah zona hijau di bawah 780 kasus," ujarnya.
Di Kabupaten Penajam Paser Utara pada 2018 terdata sebanyak 1.125 kasus malaria, pada 2019 sebanyak 1.050 kasus, pada 2020 sebanyak 1.364 kasus.
Kemudian tercatat kembali mengalami peningkatan pada 2021 menjadi 1.472 kasus, dan sepanjang 2022 telah terdata sebanyak 225 kasus malaria.
"Pada awal tahun ini (2022) pada Januari ditemukan 145 kasus malaria dan Februari ada 80 kasus,' ungkap Ponco Waluyo.
Kasus malaria yang tercatat tersebut hanya sekitar 25 persen penularan terjadi di wilayah Penajam Paser Utara, sekitar 65 persen penularan malaria terjadi di luar daerah setempat.
Warga yang terjangkit malaria selama ini lebih banyak terjadi di daerah perbatasan, kata Ponco Waluyo, tepatnya perbatasan Kabupaten Penajam Paser Utara-Kabupaten Paser dan Kabupaten Penajam Paser Utara- Kabupaten Kutai Barat.*
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2022
Pengelola Program Malaria Dinas Kesehatan Kabupaten Penajam Paser Utara, Ponco Waluyo di Penajam, Selasa, mengatakan instansinya melatih kader dari koordinator pekerja kehutanan dan perkebunan untuk menekan kasus malaria.
Kader tersebut dibekali pengetahuan deteksi dini penyakit malaria dan cara pengobatan, kalau kategori akut harus cepat dibawa ke puskesmas.
Dinas Kesehatan Kabupaten Penajam Paser Utara juga membagikan kelambu setiap tahun untuk meminimalisir penyakit yang disebabkan gigitan nyamuk tersebut.
"Kami telah melakukan pelatihan terhadap sembilan orang pekerja perkebunan dan kehutanan, serta membagikan kelambu," ujarnya.
"Kabupaten Penajam Paser Utara masih zona merah malaria karena tercatat di atas 1.000 kasus, kalau daerah zona hijau di bawah 780 kasus," ujarnya.
Di Kabupaten Penajam Paser Utara pada 2018 terdata sebanyak 1.125 kasus malaria, pada 2019 sebanyak 1.050 kasus, pada 2020 sebanyak 1.364 kasus.
Kemudian tercatat kembali mengalami peningkatan pada 2021 menjadi 1.472 kasus, dan sepanjang 2022 telah terdata sebanyak 225 kasus malaria.
"Pada awal tahun ini (2022) pada Januari ditemukan 145 kasus malaria dan Februari ada 80 kasus,' ungkap Ponco Waluyo.
Kasus malaria yang tercatat tersebut hanya sekitar 25 persen penularan terjadi di wilayah Penajam Paser Utara, sekitar 65 persen penularan malaria terjadi di luar daerah setempat.
Warga yang terjangkit malaria selama ini lebih banyak terjadi di daerah perbatasan, kata Ponco Waluyo, tepatnya perbatasan Kabupaten Penajam Paser Utara-Kabupaten Paser dan Kabupaten Penajam Paser Utara- Kabupaten Kutai Barat.*
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2022