Jakarta (Antara) - Fesyen dan arsitektur lokal yang merupakan bagian dari industri kreatif semakin didorong oleh pemerintah untuk bisa mendunia atau "go" internasional.

Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Mari Elka Pangestu di Jakarta, Selasa, mengatakan, saat ini fesyen dan arsitektur menjadi perhatian serius pemerintah.

"Untuk fesyen, kami terus mendorong lahirnya desainer-desainer muda Indonesia yang diakui secara nasional dan internasional," katanya.

Salah satu yang dilakukan di antaranya terlibat dalam kegiatan Indonesia Fashion Foward (IFF) dan memulai untuk mengembangkan Indonesia Trend Forecasting.

Upaya itu sekaligus diharapkan bisa mewujudkan Indonesia menjadi negara yang diperhitungkan dalam industri mode di dunia.

"Apa yang kita lakukan dalam program Indonesia Fashion Foward telah membuahkan hasil, desainer Indonesia memiliki kemampuan  untuk menciptakan label secara mandiri dan berkelanjutan sehingga produk mode dalam negeri selalu tersedia di pasar, dan tidak hanya di pasar dalam  negeri tetapi juga pasar luar negeri," kata Mari.

Label mode seperti Jenahara, La Spina, Tex Saverio, Toton, Friederichherman, Vinora, Batik Chic, Dian Pelangi saat ini sudah dapat ditemukan di kota-kota mode dunia.

Sementara itu, di bidang desain arsitektur, Indonesia berupaya agar dapat menembus pasar dunia antara lain dengan ikut berpartisipasi dalam ajang Venice Biennale Arsitektur (VBA) 2014.

Paviliun Indonesia di ajang VBA akan mengangkat tema "Ketukangan" (Craftmanship) yang gagasannya adalah memuliakan kerja dengan "tangan" untuk menghasilkan karya arsitektur yang manusiawi.

Sebanyak lima kurator hasil seleksi sudah terpilih yakni Avianti Armand, Setiadi Sopandi, David Hutama, Achmad Tardiyans, dan Robin Hartanto.

Mari Elka Pangestu menjelaskan lebih lanjut, dalam setiap kesempatan berpartisipasi dalam forum pertemuan internasional dan berbagai kesempatan lainnya, Indonesia berusaha memperkenalkan dan mempromosikan produk ekonomi kreatif, seperti 30 ikon kuliner Indonesia dengan nasi tumpeng sebagai unggulannya maupun fesyen di antaranya batik Indonesia.

Pada pertemuan tahunan World Economic Forum (WEF) 2014 di Davos, Swiss (23-24/1), Mari Elka mendapat kesempatan untuk menyampaikan perkembangan teknologi konten di Indonesia dalam sesi  khusus ¿Norms and Values in Digital Media¿.

Dalam sesi ini fokus membahas bagaimana memahami HAKI (Hak atas Kekayaan Intelektual) yang ada dalam sebuah konten, melakukan produksi dan distribusi dengan melindungi hak pencipta tetapi dapat diakses, maupun bagaimana persinggungan antara akses bebas dan terbatas untuk sebuah konten.  

Mari menjelaskan, pada 2013 kontribusi ekonomi kreatif terhadap perekonomian sebesar Rp641,8 triliun atau sebesar 7 persen pada PDB nasional di antaranya terbesar dari fesyen mencapai Rp181,5 triliun atau 28,3 persen dari total ekonomi kreatif. (Antara)

Pewarta: Oleh Hanni Sofia

Editor : Helti Marini S


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2014