Bandarlampung (Antara) - Nilai ekspor biji kopi dari Provinsi Lampung pada Januari 2014 senilai 15,3 juta dolar AS atas pengapalan 8.227 ton atau turun jika dibandingkan periode yang sama bulan lalu.

"Pada Desember 2013, nilai ekspor kopi Lampung 38,4 juta dolar dengan volume 22.326 ton," kata Ketua Renlitbang Asosiasi Eksportir dan Industri Kopi Indonesia (AEKI) Lampung Muchtar Lutfie di Bandarlampung, Senin.

Ia mengatakan bahwa penurunan ekspor kopi itu karena panen sudah lama berakhir, sementara stok panen kopi lalu di petani juga menipis.

Saat ini lanjut dia, eksportir masih melepas stok guna memenuhi kontrak penjualan. Harga kopi di pasaran masih bertahan kisaran Rp19.500-Rp20.000 per kilogram. Namun demikian eksportir melepas stok karena masih khawatir harga akan turun serta untuk memenuhi kontrak penjualan tahun 2013.

Harga sebesar itu menurut Muchtar masih belum dipotong untuk ongkos proses, ongkos angkut dan sewa gudang.

"Jika eksportir tidak memenuhi kontrak penjualan maka dikhawatirkan tahun depan kontraknya bisa dipotong pembeli di luar negeri," ujarnya.

Dampak terhadap penurunan harga kopi tersebut, katanya, bisa dikurangi dengan terus naiknya kurs dolar AS terhadap rupiah yang belakangan sudah menyentuh angka Rp12 ribu per dolar.

Harga biji kopi robusta pada awal Desember 2013, di pasar internasional kembali membaik.

"Saya berharap harga tersebut terus membaik sehingga harga kopi di dalam negeri kembali naik sehingga mendorong petani untuk merawat tanaman kopinya yang saat ini sedang berbunga," katanya.

Ia memperkirakan bahwa produksi kopi Lampung pada 2014 bakal naik seiring siklus dua tahunan dan hujan yang belum banyak turun hingga kopi telah berbunga sejak bulan lalu.

Petani Kopi Waytenong Lampung Barat Sunyoto mengatakan harga kopi sempat anjlok menjadi Rp16.000/kg dari sebelumnya Rp18.500/kg. Namun saat ini harga kembali stabil antara Rp18.000--Rp18.700/kg. (Antara)

Pewarta: Oleh Agus Wira Sukarta

Editor : Helti Marini S


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2014