Populasi dari elang jawa (Nisaetus bartelsi) bertambah setelah menetasnya telur spesies dilindungi dan terancam punah itu di Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS) di Jawa Barat, menurut keterangan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK).
Dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Senin, Kepala Balai TNGHS Ahmad Munawir mengatakan setelah dierami sekitar 50 hari telur elang jawa itu menetas pada pukul 01.35 WIB di Pusat Suaka Satwa Elang Jawa (PSSEJ) Loji, Jabar, Jumat (11/3).
"Berdasarkan data yang kami dapatkan dari monitoring kamera CCTV, telur terpantau berada di sarang pada tanggal 20 Januari 2022. Masa pengeraman merupakan proses penting dalam siklus hidup burung pemangsa atau raptor untuk keberlanjutan spesiesnya," kata Munawir.
Dia menjelaskan bahwa elang jawa hanya mengalami satu kali masa berkembang biak dalam dua tahun. Jumlah telur juga hanya satu sehingga secara alami tingkat populasinya rendah.
Kejadian penetasan secara alami di dalam kandang rehabilitasi, jelasnya, merupakan momen penting mengingat spesies itu masuk dalam kategori terancam punah oleh International Union for Conservation of Nature (IUCN).
Induk telur yang menetas bernama "Rama" (jantan) dan "Dygtha" (betina) merupakan sepasang burung elang jawa yang diserahkan oleh petugas Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Jawa Timur kepada pengelola PSSEJ pada 27 Oktober 2018.
Munawir mengatakan lahirnya anak elang jawa itu menambah populasi burung langka yang dilindungi di TNGHS. Dalam ekosistem, elang jawa mempunyai peranan sangat penting yaitu sebagai predator suatu kawasan hutan untuk menjaga keseimbangan ekositem.
"Semoga bayi kecil ini dapat tumbuh dan berkembang dengan baik sampai dengan dewasa, sehingga salah satu upaya yang bisa dilakukan selanjutnya adalah melalui kegiatan pelepasliaran satwa yang telah direhabilitasi. Kondisi Rama dan Dygtha serta perkembangan bayi mungilnya akan terus dipantau melalui CCTV," tuturnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2022
Dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Senin, Kepala Balai TNGHS Ahmad Munawir mengatakan setelah dierami sekitar 50 hari telur elang jawa itu menetas pada pukul 01.35 WIB di Pusat Suaka Satwa Elang Jawa (PSSEJ) Loji, Jabar, Jumat (11/3).
"Berdasarkan data yang kami dapatkan dari monitoring kamera CCTV, telur terpantau berada di sarang pada tanggal 20 Januari 2022. Masa pengeraman merupakan proses penting dalam siklus hidup burung pemangsa atau raptor untuk keberlanjutan spesiesnya," kata Munawir.
Dia menjelaskan bahwa elang jawa hanya mengalami satu kali masa berkembang biak dalam dua tahun. Jumlah telur juga hanya satu sehingga secara alami tingkat populasinya rendah.
Kejadian penetasan secara alami di dalam kandang rehabilitasi, jelasnya, merupakan momen penting mengingat spesies itu masuk dalam kategori terancam punah oleh International Union for Conservation of Nature (IUCN).
Induk telur yang menetas bernama "Rama" (jantan) dan "Dygtha" (betina) merupakan sepasang burung elang jawa yang diserahkan oleh petugas Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Jawa Timur kepada pengelola PSSEJ pada 27 Oktober 2018.
Munawir mengatakan lahirnya anak elang jawa itu menambah populasi burung langka yang dilindungi di TNGHS. Dalam ekosistem, elang jawa mempunyai peranan sangat penting yaitu sebagai predator suatu kawasan hutan untuk menjaga keseimbangan ekositem.
"Semoga bayi kecil ini dapat tumbuh dan berkembang dengan baik sampai dengan dewasa, sehingga salah satu upaya yang bisa dilakukan selanjutnya adalah melalui kegiatan pelepasliaran satwa yang telah direhabilitasi. Kondisi Rama dan Dygtha serta perkembangan bayi mungilnya akan terus dipantau melalui CCTV," tuturnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2022