Nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Jumat pagi menguat, dibayangi kenaikan imbal hasil obligasi pemerintah AS.

Rupiah bergerak menguat tujuh poin atau 0,05 persen ke posisi Rp14.345 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp14.352 per dolar AS.

"Pergerakan akhir pekan ini masih cenderung dipengaruhi oleh sentimen global, terutama berlanjutnya kenaikan imbal hasil obligasi AS, yang kemarin terus mencatatkan kenaikan dan mencapai level tertinggi sejak Mei 2019," kata Analis Pasar Uang Bank Mandiri Rully Arya saat dihubungi di Jakarta, Jumat.

Dari eksternal, data ekonomi di pasar tenaga kerja AS membantu ekspektasi kuat bank sentral AS Federal Reserve (Fed) akan lebih agresif dalam mengambil langkah-langkah untuk mengekang inflasi.

Klaim pengangguran awal mingguan turun ke 187.000 klaim pada minggu lalu, level terendah sejak September 1969 dan di bawah perkiraan 212.000 klaim.

Data tersebut dan komentar terbaru dari pejabat The Fed telah memperkuat pandangan bahwa bank sentral akan menaikkan suku bunga lebih dari 25 basis poin di pertemuan kebijakan berikutnya pada Mei.

Sementara itu, lanjut Rully, dari dalam negeri kondisinya masih cukup baik, dengan ekspektasi perbaikan ekonomi dan surplus neraca perdagangan yang diperkirakan masih akan tetap tinggi dalam beberapa bulan ke depan.

"Namun memang masih perlu diwaspadai kenaikan inflasi bulan ini dan kemungkinan juga di bulan April depan karena memasuki bulan puasa," ujar Rully

Secara teknikal, Rully memperkirakan rupiah hari ini akan bergerak di kisaran Rp14.338 per dolar AS hingga Rp14.392 per dolar AS.

Pada Kamis (24/3) lalu, rupiah ditutup melemah 5 poin atau 0,03 persen ke posisi Rp14.352 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp14.347 per dolar AS.

Pewarta: Citro Atmoko

Editor : Musriadi


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2022