Siang itu, Selasa (20/3), di salah satu gedung utama Istana Wakil Presiden Jakarta, tersedia kursi dan meja  yang ditata dalam bentuk U.

Di atas meja sudah tersedia nasi dan lauk dalam kotak putih, tak ketinggalan makan kecil dan buah-buahan yang ditata rapi disamping kotak juga air putih dalam botol.

Acara siang itu adalah makan siang bersama Wakil Presiden Boediono dengan wartawan yang sehari-hari meliput kegiatan Wapres.

"Bapak ingin mengajak makan siang bersama sambil ngobrol-ngobrol. Nanti teman-teman bisa bertanya," kata Juru Bicara Wapres, Yopie Hidayat sehari sebelumnya.

Sekitar pukul 12.15 WIB Wapres Boediono memasuki ruangan dengan menggunakan baju berwarna putih disambut sekitar 40-an wartawan dalam posisi berdiri di depan meja masing-masing yang sebelumnya sudah menunggu kedatangan orang nomor dua di Indonesia tersebut.

Setelah Wapres duduk di meja yang juga telah tersedia nasi dalam kotak, Wapres pun mempersilahkan sekretaris Wapres, sejumlah deputi dan wartawan untuk duduk.

"Yak... sidang kabinet kita mulai," kata Wapres sambil tertawa saat duduk di kursinya. Semua yang berada di ruangan itupun tertawa mendengar guyonan khas Wapres.

"Kita makan dulu saja ya, habis itu kita baru ngobrol-ngobrol," kata Wapres sambil mempersilahkan yang ada di situ untuk memulai makan siang.

Lauk yang dihidangkan di dalam kotal bervariasi. Ada tempe goreng, lalapan seperti timun lengkap dengan sambal, filet ikan gurame yang digoreng dengan tepung, empal daging serta nasi putih tentunya.

Usai menyantap hidangan sekitar 15 menit hingga 25 menit, Wapres Boediono pun memulai pembicaraan sekalipun beberapa wartawan masih ada yang asyik menyantap makannya.

"Adik-adik dalam kesempatan ini saya ingin menerangkan mengapa harga BBM perlu naik," kata Boediono sambil berdiri.

Dia pun menarik papan tulis berwarna putih yang ada di belakang kursi Wapres.

"Saya ingin memberikan kuliah ya adik-adik," kata Boediono sambil tersenyum yang dijawab dengan tertawa para deputi dan wartawan yang hadir.

Boediono merasa perlu menerangkan mengapa harga BBM harus naik kepada wartawan sehingga diharapkan bisa menyampaikan kepada masyarakat secara lebih mudah dan jelas.

"Saya akan menerangkan dengan gambar sehingga mudah dicerna dibanding menerangkan dengan kata-kata," kata Wapres.

Wapres dengan memegang spidol mulai menggambar sebuah bejana dan secara panjang lebar menerangkan mengenai kondisi BBM bersubsidi saat ini.

Dalam "kuliahnya" Wakil Presiden Boediono mengatakan, angka kebocoran BBM bersubsidi merupakan angka siluman karena berapapun jumlah BBM bersubsidi ditetapkan dipastikan akan bocor dan membengkak jumlahnya.

"Itu merupakan angka siluman," kata Wapres.
    
Tiga kali
Wapres menerangkan kepada wartawan, berapapun kuota BBM bersubsidi ditetapkan, dipasti konsumsi akan lebih besar.

Hal ini karena tingginya selisih harga BBM bersubsidi dengan pasar di luar negeri. Harga premium di negara-negara tetangga seperti Thailand, Filipina, Vietnam dan Malaysia sudah mencapai Rp12.000,- per liter atau hampir tiga kali dari Indonesia yang hanya sebesar Rp4.500,- per liter.

Kondisi ini sangat menarik bagi pihak-pihak tak bertanggung jawab untuk membeli BBM bersubsidi dalam skala besar dan menjualnya kembali ke luar negeri.

"Karena sangat menguntungkan, siapa yang tidak tergiur. Hampir pasti, hakul yakin pasti lewati (kuota)," kata Wapres.

Namun demikian, sampai saat ini dirinya tidak bisa memastikan jumlah kebocoran yang terjadi sebab sulit untuk dihitung secara tepat mengingat kegiatan ini bersifat ilegal.

"Sayang, kita tidak punya angka yang tepat," kata Wapres.

Ia menambahkan, kondisi ini juga akan terus menyandera Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara karena harus mengikuti harga minyak dunia yang terus meningkat untuk melakukan subsidi.

Untuk itu, menurut Wapres, satu-satunya cara yang efektif untuk mengurangi kebocoran adalah dengan menghilangkan selisih harga BBM tersebut dan menjadikannya sesuai dengan harga keekonomian dengan menghilangkan subsidi.

"Daripada BBM menghilang, lebih baik subsidinya dipakai untuk program-program tepat sasaran, untuk infrastruktur," kata Wapres.

Terkait dengan maraknya penimbunan, penindakan hukum terhadap penimbun bahan bakar minyak pasti dilakukan dan langkah ini sudah dilakukan di sejumlah daerah.

"Penegakan hukum pasti dilakukan dan telah dilakukan oleh Polri dan pemda setempat untuk mengamankan BBM agar digunakan sesuai dengan kegunaannyan," kata Wapres Boediono.    

Diakui Wapres menjelang kenaikan harga BBM memang terjadi upaya penimbunan oleh oknum tertentu yang ingin mengambil keutungan dengan cara ilegal.

Boediono mengatakan, jumlah BBM yang diselewengkan atau ditimbun memang tidak kecil dan ada yang "hilang" saat dalam perjalanan menuju SPBU dan di tengah laut.

"Memang ada cara macam-macam untuk mendapat keuntungan yang tidak baik dan saya mendukung pelakunya ditindak secara hukum," kata Wapres.

Dikatakannya, BBM jenis solar yang paling banyak diselewengkan sehingga memang perlu mendapat perhatian khusus dari pihak berwenang.

Sekitar satu setengah jam makan siang dan "mengkuliahi" wartawan, Wapres Boediono pun meninggalkan ruangan sambil menyalami satu persatu wartawan.

(T.A025/S023)

Pewarta:

Editor : AWI-SEO&Digital Ads


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2012