Provinsi Bengkulu memiliki makanan khas dan salah satunya diberinama pendap.

Sepintas lauk tersebut sama dengan pepes karena proses pembuatannya pun hampir sama.
Bahan dasar makanan yang dibuat lauk ini yaitu daun talas, kelapa parut, kelapa goreng, kunyit, lengkuas, ikan laut, cabe rawit, cabe merah, daun pisang, merica, garam, dan asam jawa.

Seorang pembuatnya di Kota Bengkulu Isnaini, menjelaskan proses pemasakannya yakni bahan inti seperti kunyit, lengkuas, cabe merah, cabe rawit dan merica dihaluskan kemudian dimasukkan dalam wadah besar.

Selanjutnya, masukkan ikan laut yang telah dipotong-potong kecil dengan syarat ikan tersebut memiliki daging yang lebih dominan. Masukkan kelapa parut dan kelapa goreng, ditambah garam secukupnya diaduk hingga tercampur rata.

Proses selanjutnya ialah pengolahan daun talas dan yang dipilih jenis khusus. Kemudian, daun talas tersebut dimasukan ke dalam penampungan air bersih untuk dicuci hingga tidak ada lagi kotoran yang menempel.

Setelah itu, daun-daun talas dipotong halus kira-kira berukuran 3cm-4 cm agar mempermudah mentatakan pada bungkus pendap yaitu daun pisang.

"Tidak semua daun talas bisa dimakan. Hanya daun talas yang mempunyai batang berwarna putih yang bisa dikonsumsi manusia," jelas dia.

Terakhir sebelum dimasak, yang dilakukan adalah seluruh bahan dikemas atau dibungkus menggunakan daun pisang dan agak tebal agar air tidak masuk ke dalam bahan tersebut saat perebusan.

Caranya, daun pisang yang sudah dilayur (dilayukan) dibentangkan menjadi ukuran 30 cm x 30 cm. Selanjutnya daun talas ditatakan di atas bentanganan daun pisang.

Letakkan bahan yang ukurannya disesuaikan dengan tatakan awal daun talas dan ditutup lagi oleh daun talas supaya tertutup semua. Bentangan daun pisang tadi kemudian dilipat dan diikat dengan tali yang terbuat dari plastik.

Setelah bahan siap, kemudian siapkan wajan besar untuk dimasak di nyala api menggunakan kayu bakar untuk dilakukan proses perebusan.

Isnaini mengaku sengaja menggunakan kayu bakar karena selain meminimalisasi biaya juga akan mempengaruhi pada hasil dari masakan.

"Proses memasak dengan Kayu bakar ini akan membuat perebusan yang lebih merata akibat panas yang dihasilkan dari api kayu bakar ini," katanya.

Ia memberikan resep rahasia agar daun talas tidak gatal ketika dimakan, yaitu sebelum bungkusan pendap diletakan ke dalam wajan, masukkan asam jawa dan setelah air mendidih barulah bungkusan-bungkusan itu dimasukan.

Biasanya proses perebusan dilakukan sekitar delapan jam yakni setelah Salat Magrib sampai menjelang Subuh.

Setelah perebusan bungkusan pendap tadi diendapkan pada rantang yang sudah disiapkan agar mengeringkan air yang meresap dari proses perebusan.

"Karena diendapkan itulah awal mulanya makanan ini disebut pendap", ujar Isnaini.

Ketika masak dan dibuka bungkusnya, makanan tersebut seluruh permukaannya terlihat berwarna hijau tua karena balutan daun talas namun teksturnya lembut.


Industri Rumahan

Isnaini mengaku menggeluti usaha tersebut berawal dari kebiasaan memasak pendap untuk kebutuhan sehari-harinya dan resep memasak yang diwarisi secara turun temurun oleh lingkungan sekitarnya termasuk pedoman dalam memilih daun talas yang digunakan.

Kemudian tertarik untuk menjadikan sebagai usaha rumah tangga saat ia merasa sulitnya mencari penghasilan pada era sekarang.

Kini, ia mampu meraih keuntungan bersih Rp250 ribu setelah memproduksi 100 bungkus pendap untuk setiap harinya.

Ia setiap hari membeli semua bahan-bahannya seperti daun talas sebanyak 50 kilogram, kelapa parut 5 kg, kelapa goreng 3 kg,kunyit 3 kg, lengkuas 3 kg, ikan laut 1 kg, cabe rawit 1 kg,cabe merah 0,5 kg,daun pisang sekitar 10 kg, merica dan garam.

Isnaini tidak sendirian dalam membuat pendap dan dibantu oleh dua orang karyawanya yang Bernama yogi dan peni. Keduanyalah yang membantu hingga berjualan di pinggiran jalan poros Kelurahan Tanjungagung, Kota Bengkulu itu.

Harga jual untuk satu bungkus pendap Rp7.000 dan menurut mereka 100 bungkus pendap akan habis setiap harinya karna memang sudah ada beberapa langganan juga sering mendapat pesanan dari pembeli untuk menjadi oleh-oleh.

Selain itu, pendap buatan mereka juga sering mendapat pesanan dari beberapa instansi pemerintah sebagai menu pada acara kedinasan.

Seorang pelanggan, bernama Solihin mengatakan keluarganya termasuk penggemar makanan pendap dan setiap hari membeli dua bungkus pendap di sana.

"Rasa yang khas dari makan ini membuat saya menikmatinya sebagai lauk makan siang," ujarnya.

Isnaini pun ia selalu berharap suatu saat nanti bisa mengembangkan usahanya baik variasi pada pendap buatannya dan juga bisa memenuhi kebutuhan pasar yang besar, serta yang utama uluran modal dari pemerintah dan swasta.

***3***



Pewarta: Oleh Reno R & T Subagyo

Editor : Triono Subagyo


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2014