Dokter Spesialis Bedah Onkologi dr. Maria Kristina Siswandari, Sp.B (K) Onk menyarankan para wanita melakukan pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) sebagai bagian dari deteksi kanker payudara, salah satunya dalam posisi berbaring.

"Meraba payudara dengan syarat posisi harus berbaring. Kalau bisa punggungnya diganjal dengan bantal yang tipis," ujar dia yang berpraktik di RSPI - Puri Indah itu dalam sebuah webinar kesehatan, Kamis (21/4).

Merujuk Mayo Clinic, saat berbaring, jaringan payudara menyebar, membuatnya lebih tipis dan lebih mudah untuk dirasakan.

Bila bagian payudara kanan yang akan Anda diperiksa, maka angkat lengan kanan lalu rabalah dengan tangan kiri menggunakan tiga jari yakni telunjuk, tengah dan manis. Lalu lakukan hal sebaliknya saat pemeriksaan payudara kiri.

"Kita lakukan perabaan. Seluruh bagian payudara harus diraba misalnya dengan gerakan melingkar atau zig zag sehingga seluruh permukaan teraba. Tidak usah ditekan terlalu keras, cukup dengan ringan," saran Kristina.

Selain sembari berbaring, dia juga menyarankan wanita melakukan SADARI di depan cermin untuk mencari ada tidaknya penonjolan, puting masuk ke dalam, atau lesung di payudara, gambaran payudara seperti kulit jeruk.

"Posisi sambil tangan ke atas, lalu di pinggang. Semua yang teraba benjol mengkhawatirkan sehingga kita perlu pemeriksaan lanjutan," kata dia.

Wanita berusia di atas 20 tahun disarankan melakukan SADARI sebulan sekali pada hari kedua atau ketiga sesudah menstruasi. Mereka yang berada dalam rentang usia 20-40 tahun sebaiknya setiap tiga tahun juga memeriksakan diri ke dokter. Pemeriksaan ke dokter menjadi satu tahun sekali untuk wanita berusia di atas 40 tahun.

Kristina mengatakan, bagi mereka yang punya riwayat keluarga kanker payudara, maka memerlukan pemeriksaan fisik oleh dokter lebih sering dan pemeriksaan mamografi secara periodik sebelum usia 50 tahun.

SADARI diperlukan untuk mengidentifikasi perubahan bentuk payudara atau adanya kelainan dan hasil pemeriksaan perlu dikonfirmasikan dengan pemeriksaan penunjang.

"Orang pertama kali berobat biasanya saat menemukan benjolan. Jangan takut dulu, karena benjolan bisa tumor jinak atau ganas. Kalau jinak tidak akan menyebar dan tak berbahaya," kata dia.

Kanker payudara di Indonesia menduduki peringkat kedua tertinggi setelah kanker leher rahim dengan sebanyak 23.140 kasus baru setiap tahun. Menurut Kristina, kebanyakan pasien datang dalam stadium lokal lanjut dan bila begini maka angka harapan hidupnya akan jauh turun.

"Kanker betapa ganasnya, yang kita lakukan bisa deteksi lebih awal maka bisa dilakukan suatu pengobatan, artinya dapat menyembuhkan. Misalnya datangnya terlambat yang bisa kita lakukan adalah paliatif, untuk memperbaiki kualitas hidup," demikian ujar Kristina.


 

Pewarta: Lia Wanadriani Santosa

Editor : Musriadi


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2022