Rejanglebong (Antara) - Kalangan petani sayuran di Kecamatan Selupu Rejang, Kabupaten Rejanglebong, Bengkulu, mengeluhkan penurunan harga jual aneka sayuran di daerah itu yang terjadi sejak sepekan belakangan.

"Harga sayuran saat ini turun drastis malah untuk harga tomat di tingkatan petani harganya cuma Rp400 sampai Rp500 per kg," ujar Kasman (48) warga Desa Karang Jaya, Kecamatan Selupu Rejang, Kamis.

Selanjutnya kata dia harga sawi Rp700 per kg, kol bulat harganya kurang dari Rp1.000 per kg. Penurunan harga ini sangat memberatkan petani karena untuk jenis barang lainnya malah mengalami kenaikan harga.

Rendahnya harga jual sayuran di daerah itu kata dia, membuat sebagian petani setempat tidak memanen hasil kebun mereka dan membiarkannya membusuk , hal ini mereka lakukan karena hasil yang akan didapat tidak sebanding dan hanya cukup untuk upah panen serta ongkos angkut barang saja.

Sementara itu menurut Cay (34) petani cabai merah di Desa Sumber Bening, Kecamatan Selupu Rejang, selain harga sayuran yang mengalami penurunan harga juga terjadi pada harga jual cabai merah keriting yang saat ini ditingkat petani hanya berkisar Rp5.000 per kg pada sebelumnya bisa mencapai Rp15.000 per kg.

"Untuk Cabai merah saat ini harganya di petani hanya berkisar Rp5.000 per kg, sebaliknya untuk harga cabai rawit malah mengalami kenaikan dari Rp25.000 menjadi Rp35.000 per kg," kata dia.

Sebelumnya tokoh masyarakat Kecamatan Selupu Rejang, Edi Podomoro (55) menyebutkan produksi sayuran daerah itu saat ini kalah bersaing dengan produk serupa yang dihasilkan dari daerah lainnya sehingga saat musim panen sayuran harganya selalu anjlok dan tidak laku dipasaran.

"Sayuran kita kalah dengan yang dihasilkan Kerinci, Jambi, Padang, Medan, Palembang dan Lampung serta sayuran dari pulau Jawa. Padahal selama ini Rejanglebong dikenal menjadi pemasok kebutuhan sayuran terbesar di Sumatera, tetapi sekarang produknya kalah bersaing sehingga harganya selalu rendah dari harga sayuran asal daerah lain," jelasnya.

Produk sayuran setempat kalah bersaing dengan daerah lainnya kata dia, selain terlalu banyak mengandung air dan terlalu banyak menggunakan pupuk kimia. (Antara)

Pewarta: Oleh Nur Muhamad

Editor : Helti Marini S


COPYRIGHT © ANTARA News Bengkulu 2014